Pelebon Anak Agung Niang Agung, Puri Agung Ubud, 02032018 #ubudinsider
Upacara pelebon Anak Agung Niang Agung di Puri Agung Ubud dengan melibatkan seluruh masyarakat Ubud dan sekitarnya yang di hadiri oleh Raja - raja indonesia , beberapa mentri kabinet, pejabat Propinsi bali dan para tokoh masyarakat Bali.. #ubudinsider, ubud royal cremation
Bikin merinding, sebanyak 1800 siswi di Bali bawakan tari rejang ratu segara alami kesurupan
“Tarian ratu segara ini di pentaskan dalam pembukaan festival tanah lot kedua ini dengan makna untuk menyeimbangkan dan menyelelaraskan dengan alam semesta, sehingga aula negatif dapat di hapus tarian sakral ini. Ini juga bagian tarian bakti suci kita kepada alam semesta, semoga dengan ini Bali tetap aman dan ajeg,”kata Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti usai memimpin pembukaan festival tanah lot.
Pelebon Puri Ubud Full Video 2 Maret 2018
Prosesi Pelebon Anak Agung Niang Agung di Puri Agung Ubud yang dilaksanakan pada tanggal 2 maret 2018 berhasil memecahkan REKOR MURI sebagai BADE tertinggi yaitu 27,5 meter dengan berat 11 ton dan di usung oleh lebih dari 3.900 orang. Ribuan Wisatawan asing dan lokal memadati prosesi.
video ini di dokumentasikan oleh EyeSky.ID team,
Videographer I Wayan Edi dan I Wayan Lestyana
Operator Drone : Ardika Kt
silahkan subscribe channel youtube kami utk dapat pemberitahuan dari potingan kami.
untuk facebook Page bisa klik link dibawah
dan juga
terima kasih.
Pretiwaan Ratu Peranda Nabe, Griya Peling, Padang Tegal, Ubud, Ginyar Bali Indonesia
Pretiwaan Ratu Peranda Nabe, Griya Peling, Padang Tegal, Ubud, Ginyar Bali Indonesia
Ubud Royal Cremation # Pelebon Puri Ubud - Bali
WAFAT AGUNG NIANG AGUNG ISTRI KEDUA DARI RAJA UBUD
PENJAGA TANAH UBUD BALI RATU GEDE MANIK on the spot Trans 7
Ratu Gede Manik lari keliling kampung merasa ada warga yg menggunakan ilmu hitam.
Ngodakin lan Pasupati - BALE AGUNG UBUD BALI 2017
Prosesi Ngodakin lan Pasupati
( Ratu Lingsir , Ratu Ayu , Ratu Sakti , Ratu Ayu Pura Desa , Ratu Gede )
Pretiwaan Ida Pedanda Gede Manuaba
Almarhum Ida Pedanda Gede Manuaba dilahirkan di Desa Padangtegal Ubud pada tanggal 31 Desember 1919. Beliau merupakan anak keenam dari sepuluh bersaudara dari pasangan alm. Ida Made Rai (ayah) dengan alm. Ida Ayu Putu Cegeg (ibu). Beliau memiliki dua orang istri. Istri pertama beliau adalah Ida Pedanda Istri Ketut Manuaba yang berputra 6 orang, yakni:
1. Ida Ayu Kartika
2. Ida Bagus Made Purwayadnya (Ida Pedanda Gede Jungutan Manuaba)
3. Ida Ayu Ketut Warsiki
4. Ida Bagus Putu Suardika
5. Ida Bagus Made Purwadita
6. Ida Bagus Ketut Diatmika
Istri kedua beliau adalah Ida Pedanda Istri Putu Manuaba (alm.) dengan seorang putra, yakni:
1. Ida Bagus Putra Siwagatha (Ida Pedanda Putu Peling Manuaba)
Beliau menjalani diksa dwijati sebagai seorang sulinggih tahun 1964 pada usia 45 tahun. Beliau wafat tanggal 20 November 2015 pada pukul 08.10 Wita, memasuki usia yang ke-96 tahun, dengan meninggalkan seorang istri, 7 orang anak, 19 orang cucu, dan 15 orang cicit.
Terkait proses diksa dwijati selaku Nabe Napak adalah Ida Betara Griya Belong, Belega Blahbatuh, Nabe Waktra adalah Ida Betara Made Rai, Griya Tegeh Punggul, dan Nabe Saksi adalah Ida Betari Suniawati.
Setelah menjadi “Nabe” beliau memiliki Nanak Dharma sebanyak 10 orang, yakni:
1. Ida Pedanda Ketut Abah, Griya Bungaya Karangasem
2. Ida Pedanda Simpangan Manuaba, Griya Simpangan Pejeng
3. Ida Pedanda Gde Putra Manuaba, Griya Kutat Lestari Sanur
4. Ida Pedanda Gede Buruan, Griya Sanding Pejeng
5. Ida Pedanda Gede Ketut Tamu, Griya Batan Cepaka Buleleng
6. Ida Pedanda Gede Jungutan Manuaba, Griya Peling Padangtegal, melinggih ring Griya Pondok Mua (mapulang rah).
7. Ida Begawan Sucitta, Jero Sanggingan Ubud
8. Ida Pedanda Gede Simpangan, Griya Pasdalem Gianyar
9. Ida Pedanda Putu Peling Manuaba, Griya Peling Padangtegal, melinggih ring Batubulan (mapulang rah)
10. Ida Pedanda Gede Buruan, Griya Buruan Punggul
Selama 51 tahun sebagai seorang pendeta, disamping menjalankan kewajiban nglokapalasraya, beliau juga mengabdikan diri dalam membuat ataupun sebagai pengrajeg karya penyelesaian pralingga atau tapakan Ida Betara untuk di Pura Kahyangan Tiga, Pura Panti, maupun Merajan.
Pada saat beliau mediksa, belum memiliki satupun lontar sebagai pegangan dalam pengabdiannya, kemudian beliau mulai menyalin satu persatu lontar yang beliau pinjam dari berbagai griya di seluruh Bali, sampai kini tersalin sebanyak 118 lontar, meliputi bidang tattwa kediatmikan, sesana, wariga, tata ritual upacara-upakara, tata parhyangan, pawongan, palemahan dan lain-lainya.
Kiprah beliau sebagai seorang seniman, telah diakui dengan penghargaan anugerah seni “Wija Kusuma” dari Kabupaten Gianyar, pada tahun 2014 dalam bidang Seni Sastra, bersama sejumlah seniman-seniman senior yang telah mendedikasikan diri dalam berbagai bidang kesenian.
Keistimewaan lain beliau pada saat muput upacara kematian, yang sangat jarang dilakukan oleh sulinggih lain adalah mencantingkan puja penglukatan dengan posisi berdiri langsung di sebelah jenasah. Sebuah bentuk pelayanan utama dan yang terakhir kali yang ditujukan kepada umat sedharma yang telah meninggal.
Di sisi lain, beliau mempunyai kecintaan yang tinggi terhadap lingkungan dan dunia agraris, sampai khusus membeli lahan pertanian di daerah Pupuan yang sering beliau gunakan untuk menghabiskan waktu senggang.
Guna melengkapi kegairahan spiritualnya, beliau sempat melakukan perjalanan suci dalam kurun waktu 1980 s/d 1982, yang diawali dari Gunung Lawu ke Semeru menyeberang ke Pulaki, Gunung Batur, Gunung Agung, dan Gunung Lempuyang, kemudian menyeberang ke Gunung Rinjani Lombok, Sumbawa, dan balik kembali ke Bali ke Pura Silayukti. Beliau melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Lempuyang kemudian turun dan menetap di Pura Sari di kaki Gunung Lempuyang.
Perayaan ulang tahun kelahiran beliau yang ke-95, yang bertepatan dengan 50 tahun masa pengabdian beliau selaku Bagawanta Desa Padangtegal pada tahun 2014, merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur yang mendalam oleh segenap masyarakat Padangtegal Ubud dan sekitarnya.
Sebenarnya masih banyak peran dan pengabdian beliau dalam swadharma beliau sebagai pendeta yang belum dapat terungkap karena keterbatasan ruang ini.
Demikianlah sekelumit biografi Ida Pedanda Gede Manuaba yang kini telah mencapai maha semadhi, Nyunia, Amor Ring Achintya.
Bali's Modern-Day Royal Legacy
Bali Princess (2004): Looking at the modern-day descendants of Bali's royal family
For most of the year, eleven year old Cokorda Maya is a normal schoolgirl. But every so often, she dons her regal robes and turns into a Balinese princess.
She's the granddaughter of Princess Maya, considered by many to be divine. When her grandmother recently died, Cokorda participated in the elaborate Hindu cremation ceremony - which took place on a scale that's never likely to be repeated.
ABC Australia - Ref. 2526
Journeyman Pictures is your independent source for the world's most powerful films, exploring the burning issues of today. We represent stories from the world's top producers, with brand new content coming in all the time. On our channel you'll find outstanding and controversial journalism covering any global subject you can imagine wanting to know about.
Upacara Ngaben - Jro Candra Puri Belang
Upacara Pitra Yadnya - Jro Candra
Puri Belang - Br. Belang, Singapadu Kaler
Ratu Gede Ayu Mas napak pertiwi lan Penyamblehan ring Setra br. Cemlagi, Nusa Penida
Royal Wedding - Bali Style (Full Documentary) | TRACKS
This documentary offers an eye-opening and extraordinary look at Balinese marriage traditions - and it's not just anyone getting married, it's a Balinese prince, who will have the wedding day overlooked by the royal family! We follow the prince and his mother in their preparations for this incredible, colourful event.
TRACKS publishes unique, unexpected and untold stories from across the world every week.
From Royal Wedding - Bali Style
Facebook:
Content licensed from TVF International.
Any queries, please contact us at: owned-enquiries@littledotstudios.com
owned-enquiries@littledotstudios.com
Gamelan & Dances, Peliatan, Ubud - Bali, Indonesia
Balinese traditional performance
Kecak Dance ULUWATU TEMPLE bali (full show)
Kecak Dance ULUWATU TEMPLE bali
The temple (pura in Balinese) is built at the edge (ulu) of a 70 meter high cliff or rock (watu) projecting into the sea.[2][unreliable source] In folklore, this rock is said to be part of Dewi Danu's petrified barque.[1]
Though a small temple was claimed to have existed earlier, the structure was significantly expanded by a Javanese sage, Empu Kuturan in the 11th Century. Another sage from East Java, Dang Hyang Nirartha is credited for constructing the padmasana shrines and it is said that he attained moksha here, an event called ngeluhur (to go up) locally. This has resulted in the temple's epithet Luhur.[1
Bali is such a great island. I had the chance to explore it for two weeks, and couldn't believe the diversity. Kuta for parties, Sanur for resorts, Ubud for the spirit, and basically anywhere in the water for diving. We caught this performance of Kecak, and traditional Balinese dance and Uluwatu (or Monkey) Temple. Over the years, it's changed a bit. Now part theatre, part fire, and part culture... It's quite a fun show. I tried to capture some of the craziness, but it left us all saying Chak Chak Chak for days.
kuala lumpur street music Despacito 25th december 2017
My Channel
My facebook
How I Became a Balinese Princess | TRACKS
Princess Jero Asri Kertyasa was actually an Australian girl on holidays named Jane Gillespie - before she met Prince Tjorkoda Raka Kerthyasa in Bali in 1977. They fell in love, married, and later had the son whose wedding princess Asri is now preparing.
Subscribe to see more full documentaries every week:
TRACKS publishes unique, unexpected and untold stories from across the world every week.
Facebook:
From Royal Wedding - Bali Style
Content licensed from TVF International.
Any queries, please contact us at: owned-enquiries@littledotstudios.com
owned-enquiries@littledotstudios.com
Ramayana Dance : Ubud Palace : Bali - INDONESIA
Legong Dance & Ramayana – Ubud Activities
While visiting Ubud, Bali, make sure to check out the Legong Dance & Ramayana. The dancing is very entertaining, the music unique and skilled, and the story insightful. When we went last, it started at 7:30pm at the Ancak Saji Ubud Palace Court Yard built in the 16th Century.
events ubud baliA Few Tips
Keep this in mind for the best experience:
Arrive a little early for front row seats
Buy your tickets from the kids in front for a better deal
They serve beers & drinks!
Bring a camera
Follow the story in the brochure
Be prepared to sit for a while
Follow the story in the brochure. The little brochure that acts as your ticket also explains the show. It’s a good idea to read along, that way it becomes more interesting. NOT that it isn’t interesting, but the show runs a bit long, and without reference, you’re not going to know what’s going on or the deeper meaning behind the movements.
Ubud - Bali, Indonesia
Scenes from around Ubud in Bali, Indonesia, including temples, sculptures, traditional food, and soundtrack of live gamelan and rindik music.
Heboh Leak Bali Ngamuk penonton kesurupan massal ! Calonarang Ratu Mas Lingsir Pura Gede Br Kedampal
Prosesi napak pertiwi dari topeng rangda sakral yang bergelar Ratu Mas Lingsir di Pura Gede Br Kedampal
Reupload : Cucu Liak Channel
Prosesi Ngereh... Pelawatan Ratu Ayu Br. Pelasa Kuta 10-11 Juli 2015
Tapakan Barong dan Rangda sesungguhnya merupakan perwujudan atau representasi dari Tuhan dalam kaitannya atau hubungannya dengan alam. Konsep Rwa Bhineda (Baik dan Buruk) yang dianut masyarakat Hindu Bali telah membawa pemahaman tentang bagaimana memperlakukan alam yang diwujudkan dalam simbul-simbul ini. Jika alam dirawat baik maka alam bersahabat dengan kita begitu juga jika tidak dirawat dengan baik maka akan berakibat tidak baik buat kehidupan kita. melalui media tapakan inilah bagaimana kita mengharmoniskan Tuhan dan alam semesta beserta isinya yang dilakukan dengan Prosesi Ngereh ring Setra. Warga Ageng Br. Pelasa Desa Adat Kuta, memiliki tapakan Rangda, Penampratan dan Ratu Mayun yang diprosesi mecancang di setra atau Ngereh di Setra Kangin Desa Adat Kuta melintasi beberapa Pura di lingkungan Desa Adat Kuta menempuh jarak -+5KM . Kehadiran Tapakan disetiap wilayah sesungguhnya dimaknai pulasebagai usaha untuk menjaga keharmonisan setiap unsur dialam semesta. Tuhan, Manusia dan Alam adalah tiga elemen yang dipercaya akan menjadi penentu kelangsungan dan kesejahteraan hidup, manakala ketiga unsur tersebut harmonis maka kebahagiaan dan kesejahteraan akan tercipta dengan sendirinya...