Fort Rotterdam, Makassar
Satu lagi tempat yang dapat kalian kunjungi di Makassar nih Sobkids, namanya Fort Rotterdam. Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang adalah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo Sobkids. Benteng ini berada di pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Saksikan juga video - video seru hanya di topkids.tv
Twitter: @topkidstv
Facebook: Topkids TV
Salam Topkids!
---
Video ini merupakan produksi dari Topkids.tv
Fort ROTTERDAM..!! Situs sejarah yang ada di makassar Indonesia
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
#wisatamakassar #makassarkotadaeng
Wonderful people I met in Makassar and Fort Rotterdam, South Sulawesi
Fort Rotterdam is a 17th-century fort in Makassar on the island of Sulawesi in Indonesia. It is a Dutch fort built on top of an existing fort of the GowaBungaya Kingdom. The original fort, Jum Pandan (allegedly named after the pandanus trees growing in the vicinity), gave its name to the city Ujung Pandang, another name for the city of Makassar.
In 1667 Fort Ujung Pandang was ceded to the Dutch as part of the Treaty, after the defeat of Gowa in the Makassar War. It was in subsequent years entirely rebuilt on the initiative of Dutch admiral Cornelis Speelman to become the center of Dutch colonial power in Sulawesi.[3] It was renamed Fort Rotterdam after Speelman's place of birth. In the years 1673-1679 it got its five bastions and the 'turtle' shape it still has to this day. This shape gave the fort the nickname Benteng Penyu (sea-turtle fort).
♫Music By♫
The Machine by Nyptane @nyptane-officialMusic provided by Free Music for Vlogs youtu.be/QamhJgZMpbc
Sejarah benteng Fort Rotterdam Makassar
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang(Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
Follow me on my instagram @chaandd
BENTENG FORT ROTTERDAM MAKASSAR TEMPAT PEMBANTAIAN - CERMIS
Episode kali tim CERMIS mendatangi sebuah benteng yang cukup terkenal di Makassar, yaitu benteng Fort Rotterdam. Benteng ini menyimpan banyak kisah mistis yang salah satunya adalah sosok Sumiyati, seorang gadis yang diperkosa dan akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri. Konon sampai hari ini ia masih menampakkan dirinya dan mengganggu pria berbaju merah karena info yang kami dapatkan pelakunya ialah pria-pria berbaju merah. Di benteng ini juga sempat menjadi tempat pengasingan pangeran Diponegoro dan juga tempat pembantaian pribumi. Jadi gak heran, jika di benteng ini sering terlihat hantu tanpa kepala dan noni-noni belanda.
Penasaran dengan cerita horor lainnya? Tonton CERMIS, hanya di YouTube MOP CHANNEL!
------------
INSTAGRAM:
MOP CHANNEL:
CERMIS:
---------------
SAKSIKAN PROGRAM MOP CHANNEL LAINNYA:
SAKSIKAN EPISODE CERMIS LAINNYA:
#CERMIS #MOPCHANNEL #MISTIS
Penampakan Benteng Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng Rotterdam atau Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang berada di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
Benteng ini merupakan peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' Kallonna.
Di dalamnya terdapat Museum La Galigo yang menyimpan referensi tentang sejarah Kerajaan Gowa-Tallo.
Video diambil tanggal 18 Juni 2019 saat kunjungan kerja DPRD Kabupaten Wonogiri.
Jangan lupa Like dan Subscribe ya...
Fort Rotterdam Makassar
postpeopletv @Fort Rotterdam Makassar
MUSEUM TERSEMBUNYI ! Jelajah Bangunan Kuno Belanda ! ( Fort Rotterdam , La Galigo, Kota Makassar )
Halo sobat petualang ! Perjalanan kita kali ini akan menelusuri sebuah jejak peninggalan Belanda di kota Makassar yaitu Benteng Fort Rotterdam. Selain tempat ini memiliki arsitektur yang unik, ternyata di tempat ini menyimpan banyak sekali benda benda antik dan bersejarah, apa saja itu? Langsung aja tonton videonya sampai habis yah.
***
Terimakasih banyak sudah menonton video ini, masih banyak lagi video menarik lainnya hanya di channel ini. Karena itu jangan lupa untuk klik Like, Comment dan Share sebagai bentuk dukungan kalian untuk channel ini supaya bisa lebih baik lagi kedepannya.
Pertanyaan seputar bisnis atau kerjasama lainnya, silahkan untuk menghubungi lebih lanjut via email di alamat berikut ini joshuafavian.com@gmail.com yah, mari berkolaborasi !
OFFICIAL MEDIA ( JOSHUA FAVIAN ) :
Website |
Blogger |
Instagram |
Facebook |
Twitter |
BERKONTRIBUSI :
Terjemahkan Video |
DISPONSORI OLEH :
Spirit Snack |
Spirit Toraja Coffee |
***
#JoshuaFavian #CeritaSangPetualang #SobatPetualang #TravelDiary #TempatWisata #Petualangan #JejakPetualang #Adventure #JalanJalan #TravelVlog #Liburan #Holiday #ReferensiLibruran #WeekendList #MyTripMyAdventure #BocahPetualang #PecintaAlam #Backpacker #Travel #Traveler #Traveling #TravelBlogger #TravelMate #Nature #Trip #ExploreIndonesia #LingkarIndonesia #Indonesia #MuseumLaGaligo #ExploreMakassar #FortRotterdam #WisataMakassar #BangunanBelanda #BangunanKuno
Kisah Pangeran Diponegoro Saat Diasingkan di Fort Rotterdam
Pangeran Diponegoro menghabiskan sisa hidupnya selama 22 tahun mendekam di sudut penjara Benteng Fort Rotterdam, Makassar. Ruang bilik tahanan seluas setengah lapangan badminton tersebut jadi saksi bisu begitu beratnya penderitaan yang harus diemban putera Raja Yogyakarta ini menjalani hari-harinya tanpa pernah bisa merasakan kembali lagi menginjak kakinya ke tanah Jawa. Baca artikel lengkapnya di
#fortrotterdam #pangerandiponegoro #pahlawan #biliktahanan #makassar
Fort Rotterdam - Makassar
Before Fort Rotterdam there was a fort in the same spot which was built by the 10th karaeng (ruler) of Gowa Kingdom Tunipalangga with the assistance of the Portuguese in 1545. The fort was named Jum Pandan, from which the name Ujung Pandang derives, after the pandanus trees growing in the vicinity. It has a sea turtle like shape, a sea turtle being a symbol of the Makassar people who live on land but make living on the sea. The turtle shape also gave the fort the nickname Benteng Penyu (sea-turtle fort). This fort was originally in the form of an earthen enclosure. In 1634, following the order of 14th Sultan Alauddin, the earthen rampart was strengthened with stones taken from the karst mountain in Maros.
In 1667, following Bungaya Treaty, Fort Jum Pandan was enlarged by Dutch admiral Cornelis Speelman to become the center of Dutch colonial power in Sulawesi. It was renamed Fort Rotterdam after Speelman's place of birth. The stone for the construction of the fort was taken from the karst mountains in Maros, the limestone from Selayar and the woods from Tanete and Bantaeng. Following the Java War (1825–1830), Javanese prince, and now national hero, Diponegoro was imprisoned in the fort following his exile to Makassar in 1830 until his death in 1855. It was also used as a Japanese prisoner of war camp in World War II.
Fort Rotterdam remained the regional Dutch military and governmental headquarters until 1930s. After 1937, the fort was no longer used as a defense. During the brief Japanese occupation it was used for conducting scientific research in the field of linguistics and agriculture, after which it fell into disrepair.
In the 1970s, the fort was extensively restored.
Fort Rotterdam lies in the heart of Makassar. It is rectangular in shape, surrounded with 7 meter wall and was equipped with six bulwarks, five of them are still visible: Bastion Bonie (after the Bone state) to the west, Bastion Boeton (Buton Island) to the northwest, Bastion Batjang (Bacan Islands) to the southwest, Bastion Mandassar to the northeast, and Bastion Amboina (Ambon) to the southeast. The sixth bulwark, Bastion Ravelin, is not visible any longer. Some of the bastions still contain some cannons. It is possible to walk over most of the ramparts. A two meter deep moat system used to surround the perimeter of the fort, however only the southwest portion of the moat can still be seen today.
Inside the fort are thirteen buildings, 11 of them are 17th-century original buildings of the fort; most are still good in condition. At the very center of the fort is a church building. Several buildings along the north and south curtain wall still exist: the buildings along the northern curtain wall were some of the oldest buildings (1686), such as the residence of the governor, residence of the senior merchant, of the captain, the predikant, and the secretary, with several storage for weapons. The government's residence at the north-westernmost is nicknamed as the Speelman's House, however Speelman himself never actually lived in this house. The house was used by the governor of Celebes until the mid 19th-century when he moved to a more comfortable villa in Jalan Ahmad Yani. The Speelman's House now housed one half of La Galigo museum. La Galigo museum kept some prehistoric megaliths from Watampone, as well as ancient weapons, coins, shells, utensils, sketches and stamps. The buildings on the south curtain, originally a storage, housed a museum displaying local skills in silk weaving, agriculture and boatbuilding; and scale models of indigenous boats. The barracks on the eastern wall now housed a small library, featuring old Dutch books that mostly belonged to Reverend Mates, a 19th-century missionary. There is also ships' logs of VOC captains and ancient lontar manuscripts. The department of archaeology is housed in the former building of the head of the administration of VOC; the ground floor of the building, located in the southeast corner of the fort, was formerly a prison.
The other two buildings inside Fort Rotterdam were built by the Japanese during the brief Japanese occupation period.
The southwestern Bastion (Bastion Bacan) contains a prison where Prince Diponegoro was imprisoned for the rest of his life.
The fort is now used to held various events. There is a conservatory for music and dance, archive of the city, and a historic and archaeological institute.
VLOG #18 FORT ROTTERDAM MAKASSAR, INDONESIA
Fort Rotterdam Makassar sebelum Kemerdekaan
Fort Rotterdam Makassar sebelum Kemerdekaan
Fort Rotterdam,Tempat nongkrong anak milenial di sore hari Makassar
Fort Rotterdam Makassar - Wisata Sejarah
Fort Rotterdam Makassar di bangun oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung.
Nama asli benteng ujung pandang dan berubah nama menjadi fort Rotterdam setelah pada masa itu kerajaan menandatangani perjanjian Bungayya yang mengharuskan kerajaan Gowa menyerahkan benteng ke pihak Belanda.
Benteng fort Rotterdam kini ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara karena terdapat banyak spot foto dengan taman dan bangunan kuno yang indah dan terawat, di dalam kompleks Benteng banyak terdapat referensi mengenai sejarah kerajaan Makassar dan daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan.
Jangan Lupa Bosquee
Subscribe,Like,Komen, n Share Channel ini agar lebih berkembang..
Subscribe Gratis...!!
Benteng Fort Rotterdam Makassar (Aerial video)
Aerial video
Benteng Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Dji phantom
Gopro 4 BE
Gimbal tarot
song : melee : built to last
Support by : Dji phantom Indonesia Makassar Chapter
- BRK | Aerial 2015
for cp : 08112048181 (barak)
Fort Rotterdam “Benteng Ujung Pandang” Makassar
My Footages
Fort Rotterdam - Benteng Fort Rotterdam - Obyek Wisata Makassar - South Sulawesi - Indonesia Travel
Seperti Ini Isi Dalam Museum La Galigo Fort Rotterdam ( Benteng Ujung Pandang ) Makassar
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
Please Like, Comment, Share & Subscribe
Media Sosial
Facebook :
Instagram :
Twitter :
WhatsApp : +6285341994942
Museum La Galigo Di Fort Rotterdam
Suku suku yang mendiami kepulauan Indonesia sejak dahulu kala mempunyai kebudayaan yang adiluhung, suku-suku yang mendiami daratan Sulawesi Selatan di abad 13 telah memiliki tatanan hidup yang tercerminkan dalam sastra klasik terpanjang di dunia yaitu La Galigo. Satu baris naskah La Galigo tersimpan di Museum La Galigo di Fort Rotterdam Makassar.
sriwijayatv.com
Jelajah Benteng Fort Rotterdam Makassar (tugas multimedia kelompok 4 )