Pasar CINDE Palembang - INDONESIA.
Pasar tradisional kebangaan wong kito tapi kejingoaanyo mase mak lah tulah :) becek, mambu, dan nak extra ati ati nian supayo dak tejerembap, laju kotor galo baju, mugo mugo be pemerinta Palembang cepet merenopasi pasar kito ini, jadi pacak kito banggake. Kalu kito wong Plembang ni dak di apo apo ke jugo dak jadi masalah, yg pentek pacak nawar, ngutang & dapet ngisi perot, sapo tau be toke toke Cino maseh nak ngutangi kito, yo dak hahahahaha.
PASAR CINDE PALEMBANG, PASAR BARANG ANTIK DAN UNIK SE INDONESIA
salam satu hoby chanel hanya untuk share hoby dan sharing bukan maksud menggurui, semoga bermanfaat
MotoVlog Pertama – Sunmori ke Pasar Cinde Palembang
Pasar Cinde Palembang akan menjadi pasar modern yang megah.
Kawasan yang mulai direvitalisasi sejak 2018 itu sebelumnya adalah pasar tradisional dengan bangunan yang khas dengan cendawannya.
Harus diketahui bahwa kawasan Cinde ini memiliki sejarah dan cerita yang cukup panjang.
Nama Cinde sendiri menurut Pemerhati Sejarah Kota Palembang, Rd Muhammad Ikhsan berasal dari nama Petilasan Pangeran Ario Kesumo Abdulrohim saat muda yakni Kimas Hindi.
Ada kemungkinan lafal cinde dari nama Hindi, lengkapnya Kimas Hindi.
Dikarenakan dalam tulisan aksara Arab berbahasa Melayu antara pelafalan dengan penulisan tidak persis sama.
Kemudian petilasan pada masa akhir hayatnya dijadikan makam di Cinde Welang.
Tokohnya adalah juga Sultan Susuhunan Abdurrahman Candi Walang.
Kawasan ini pula dulunya merupakan kawasan pemakaman yang luas, itu sekitar seratus tahun lalu menurut penuturan lisan RM Husein Natodiradjo yang sering menjadi referensi sejarah kota Palembang.
Ini pula dituliskan oleh Ikhsan lewat bukunya 'Palembang dari Waktoe ke Waktu'.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Track: Asketa & Natan Chaim - Alone (feat. Kyle Reynolds) [NCS Release]
Music provided by NoCopyrightSounds.
Watch:
Free Download / Stream:
Track: Debris & RudeLies - Animal (feat. Jex) [NCS Release]
Music provided by NoCopyrightSounds.
Watch:
Free Download / Stream:
Track: Raven & Kreyn - Muffin [NCS Release]
Music provided by NoCopyrightSounds.
Watch:
Free Download / Stream:
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Jangan Lupa Subscribe, like & share. Babayy…
Pasar CINDE Now - Palembang | Pasar Loak | Street Market
#BarangLoakan #PasarUnik
[4K] Walking Around Palembang City 2019 ~ Great Mosque of Sultan Mahmud Badaruddin II to Pasar Cinde
Walking Map :
Berjalan sejauh 2,6 km selama 50 menit dari Bundaran Air Mancur Palembang, menuju Plaza Benteng Kuto Besak, melalui Monpera Palembang dan Rumah Sakit dr AK Gani, memutari Taman Malam Benteng Kuto Besak (BKB), Air Mancur BKB, Plaza BKB dan Tugu Ikan Belido.
Kembali lagi ke arah Jalan Lintas Sumatera, melalui Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Taman Ampera Skate Park, menuju ke Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II di ujung Jalan Jend. Sudirman Palembang.
Menyusuri Jalan Jend. Sudirman menuju ke Stasiun LRT Pasar Cinde, dimana ada pusat Penjualan Batu Akik di Palembang.
Sampai Stasiun LRT Pasar Cinde kembali naik LRT Palembang menuju tempat singgah.
============
Palembang Fountain Circle : Bundaran Air Mancur dengan Tugu SEA Games di tengahnya, sekaligus merupakan titik 0 kilometer Kota Palembang
Museum Monumen Perjuangan Rakyat atau bisa juga disebut dengan Monpera. Monpera terletak atau berada di provinsi sumatera selatan yang lebih tepatnya berada di kota palembang. Museum Monpera dibuat untuk memperingati serangan dari Agresi Militer Belanda II yang pada saat itu Belanda mengepung kota Palembang dengan mengerahkan Tank dan Artileri. Belanda juga menembaki pejuang nasionalis dan menjatuhkan bom di kota Palembang, Pertempuran itu terjadi di kota Palembang selama 5 hari 5 malam.
Didalam Monpera kita bisa melihat berbagai macam koleksi sejarah yang berkaitan dengan peristiwa perjuangan masyarakat Palembang menghadapi Agresi Militer Belanda II seperti Foto dokumentasi, Pakaian, Senjata, buku dan mata uang yang dipakai pada saat itu
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan internasional, serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan, ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.
Tugu Belido berwarna perak atau silver tampak berdiri kokoh di pinggiran Sungai Musi dengan moncong ikan mengarah ke Sungai Musi. Tugu Belido setinggi 12 meter dan lebar 22 meter, dengan tugu air mancur yang mengarah ke Sungai Musi ini menjadi ikon baru Kota Palembang.
Tugu Ikan Belido dibangun dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Bukit Asam, menelan biaya produksi sekitar Rp 3,4 miliar. Pembangunan tugu ini juga sebagai wujud syukur Pemkot Palembang karena dengan adanya habitat ikan belido, tingkat perekonomian masyarakat Palembang bisa meningkat.
Ikan belido merupakan bahan utama pembuatan pempek, kemplang, dan kerupuk khas Palembang. Namun seiring langkanya ikan belida, pengusaha kuliner Palembang beralih ke jenis ikan lainnya, seperti ikan tenggiri dan ikan gabus. Ikan Belido sangat berjasa bagi perkembangan usaha makanan khas Palembang. Untuk itu, diabadikan dalam bentuk tugu.
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo[1] atau biasa disebut Masjid Agung Palembang adalah sebuah masjid paling besar di Kota Palembang, Sumatra Selatan. Masjid ini didirikan pada abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo.
Pasar Cinde adalah sebuah distrik komersial di Palembang, Indonesia. Bangunan utama Pasar Cinde dulunya adalah pasar tradisional yang dibongkar pada 2017 dalam rangka membangun pasar modern di kawasan tersebut.[1] Berbagai gerai di Pasar Cinde menjual berbagai barang, dari barang rumah tangga, sayur, biah, daging, makanan ringan sampai kerangka mobil dan batu akik.
Pasar cinde palembang serba lengkap dan murah meriah ????????
Hari minggu mau nyari barang kumplit dari perabotan rumah sampai asesoris motor mobil dan baju dll masih banyak obat obatan tradisional juga ada
Terimakasih...????????????
Perjalanan pasar cinde Palembang
Arah ke pasar dari jakabaring ke cinde tentunya melewati jembatan ampera yang dibanggakan disekelilingnya pemandangan sungai musi dengan jalan yang sudah moderen dipinggir jalan atas ada jembatan Rel kereta / ALRT ..
Terimakasaih kawan silahkan klik subsecrebe canel ini terimakasih ????????
Pasar Cinde Palembang - Tempat Penjualan Barang-Barang yang Rame disetiap Minggu Pagi
Pasar Cinde
Tempat penjualan barang-barang terlengkap di Palembang yang rame di setiap minggu pagi, barang apapun ada disini.
monggo yang minggu paginya nggak ada kerjaan liat-liat kesini siapa tau ada yang ingin dibeli.
Demo Pasar Cinde Silahkan Indahkan Pasar Cinde Palembang Asalkan Lakukan Hal Ini
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pusat Informasi Advokasi Pedagang Cinde menyatakan sikap di Halaman Pasar Cinde Palembang, Selasa (25/7/2017).
Aksi tersebut pula diikuti oleh beberapa pedagang yang menyuarakan keberatannya atas dibongkarnya bangunan yang disebut bersejarah itu.
Dengan Telah disahkannya Pasar cinde melalui No.179.A/KPTS/DISBUD/2017 tentang penetapan Pasar Cinde sebagai bangunan cagar budaya secara hukum bangunan Pasar Cinde telah menjadi cagar budaya.
Dengan kondisi yang ada tersebut maka secara hukum Pasar Cinde telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya.
Silahkan benahi pasar Cinde, silahkan indahkan Pasar Cinde tapi jangan ubah bentuknya, kata Koordinator Aksi Andreas dalam aksinya.
Andreas yang mengatasnamakan pedagang pula menyerukan untuk batalkan BOT Pasar Cinde karena rentan KKN. Ia meminta agar mengembalikan fungsi dari Pasar Cinde sebagai pasar rakyat.
Dengan adanya rencana pembangunan pasar Modern tersebut secara otomatis akan mematikan roda ekonomi pedagang kecil di Pasar Cinde baik secara langsung maupun tidak langsung dan mengancam kelangsungan hidup keluarga bergantung hidup di pasar Cinde berpuluh-puluh tahun lamanya, ungkapnya.
Untuk itu, lanjutnya pihaknya beserta dengan pedagang menuntut batalkan BOT Pasar Cinde, jalankan SK penetapan Pasar Cinde sebagai cagar budaya, tolak pembongkaran/pembangunan Pasar Cinde dalam bentuk apapun, meminta jaminan keamanan berusaha dan melakukan perdagangan kepada Gubernur, Walikota, Kapolda, Pangdam Sriwijaya di Pasar Cinde serta meminta kepada DPRD Provinsi dan Kota untuk membatalkan BOT Pasar Cinde.
Jalan-jalan di pasar Cinde Palembang
Ini lah suasana di pasar Cinde Palembang pada hari Minggu.
Disini jual barang bekas dan baru.
Dan paling banyak di jual sparepart motor.
Tonton videonya sampai selesai.
Jgn lupa klik like , subscribe dan komen ya.
Terimakasih.
TRIBUN SUMSEL - Pasar Cinde Ternyata Roh Pembangunan Palembang Modern
Komunitas save pasar Cinde terus mengkampanyekan menolak pasar legendaris tersebut, di BOT (bangun guna serah) untuk direvitalisasi menjadi bangunan 12 lantai oleh pemerintah Sumsel kepada PT Aldiron. Menurut mereka, penghilangan cagar budaya itu akan menghilangkan identitas ikon kota Palembang.
Pasar Cinde telah menjadi roh Palembang, hal itu diungkapkan oleh ahli arkeologi, Retno Purwanti saat diskusi #savepasarcinde di studio bambu Unsri, Kamis (16/6/2016).
Diskusi yang dihadiri ketua Ikatan Arsitek Indonesia Sumsel, Zuber, ketua Palembang Heritage, Ari Siswanto, seniman Vebri Alintani dan sejumlah elemen komunitas lainnya.
Save pasar Cinde ini juga telah melakukan petisi di media sosial, bahkan telah meminta Presiden untuk menghentikan revitalisasi tersebut. Identitas masyarakat Palembang tak terlepas dari keberadaan pasar cinde yang setara dengan BKB, jembatan Ampera.
Ketua IAI Sumsel Zuber menerangkan, pasar cinde yang memiliki ciri khas berupa kolom cendawan yang menunjang atap dan plafonnya, merupakan buah pikiran Karsten dan menjadi ciri khas pasar Johar (Semarang).
Kolom cendawan itu menggambarkan sebuah filosofi pepohonan yang melindungi banyak pasar tradisional di Indonesia. Secara arkeologis-historis, pasar cinde termasuk kategori monumen kontemporer yang merekam perubahan konsep pasar dan perdagangan masyarakat Palembang. Usianya yang melebhi 50 tahun termasuk dalam kategori bangunan cagar budaya sesuai pasal 5 undang-undang nomor 11 tahun 2010.
Belanja ban dan keliling di pasar cinde
Ceritanya hari sabtu di suruh istri ganti ban motornya, karena ban motornya kempes mulu, udah jelek tuh ban bawaan.
Jadilah kita pergi ke jalan mawar pasar cinde, ada toko spare part daerah tersebut yang menurut saya harganyar oke dari jaman dulu. Jadilah saya jalan ke sana dan dokumentasi pasar cindenya juga pakai motor, tapi bukan sekitar pasar cinde yang lagi di bagun ya, ini yg daerah pasar otomotif aksesoris dan loakan aja. trus pasang ban deket rumah. Misi pun selesai.
Bantu kita ya dengan like video ini
Dan subscribe channel andi agusman
Dan instagram @andiagusman
Terima kasih
.
TRIBUN SUMSEL - PASAR CINDE JADI PASAR MODERN
Pasar Cinde Palembang bakal direvitalisasi jadi pasar modern tanpa menghilangkan makna bangunan bersejarahnya
Penandatanganan kontrak Pembangunan Pasar Cinde
Penandatanganan kontrak kontraktot struktur pembangunan Aldiron Plaza Cinde antara PT Magna Beatum yang dilakukan Dirutnya Altar Tarigan dan PT Brantas Abipraya (Persero) yang diwakili GM Agus Subianto, di Hotel Horison Ultima, Kamis (17/1/2019).
Tribun Sumsel/Arif
Baca berita di -------
Follow Instagram ---------
Like fanspage ---------
BERBURU BARANG ANTIK DI PASAR CINDE KOTA PALEMBANG
Sejarah singkat Cinde : Kawasan Cinde merupakan salah satu area cagar budaya yang menyimpan sejarah penting Kota Palembang. Cinde sendiri berasal dari kata candi, lantaran di kawasan tersebut dahulunya banyak ditemukan pecahan piring keramik yang berasal dari dinasti Ching dan Ming. Selain itu, juga ditemukan bata-bata kuno di atas komplek pemakaman zuriat Kesultanan Palembang yang berada di belakang Pasar Cinde.
Yuk, kita keliling sambil hunting barang antik, sebelumnya mohon bantuan untuk Subscribe Chanel nya ya teman, terima kasih..
#pasarcinde #vintage #antik #palembang
Wisata pasar Cinde dan pasar burung khas Palembang
Cinde
Pasar Tradisional Cinde Palembang Tinggal Kenangan, Begini Penampakannya Sekarang, Bikin Nangis
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -Revitalisasi Pasar Cinde dari pasar tradisional menjadi modern segera dikerjakan awal 2018.
Sebanyak 140 tiang cendawan tidak akan dirobohkan tetapi akan ditempatkan di suatu lokasi display dan diperkirakan menjadi museum sementara Pasar Cinde.
Bahkan setelah revitalisasi, nantinya Pasar Cinde bagian depannya tetap mempertahankan khas bangunan pasar saat ini. Tentunya dengan sentuhan arsitektur.
Asisten II Gubernur Sumsel Bidang Ekonomi dan Pembangunan, I Gede Bagus Surya Negara menjelaskan, Pasar Cinde kini secepatnya dapat mulai dibangun oleh pengembang properti PT Magna Beatum yang tergabung dalam Aldiron Hero Group.
Hal ini mengingat surat balasan dari Walikota Palembang, H. Hanojoyo sudah dibalas dan pembangunan Pasar Modern Cinde dapat dioptimalkan.
Bahkan, surat balasan terkait Cinde tersebut juga sudah sampai ke Gubernur Sumsel, H Alex Noerdin.
Baca Tribunsumsel.com
Kwetiau Berbahan Formalin di Pasar Cinde Palembang
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -
Kwetiau berbahan formalin yang dijual pedagang terjaring sidak pasar yang digelar Satuan Tugas (Satgas) pangan provinsi Sumatera Selatan, Kamis (19/12/2019).
Bahan makanan itu dijual oleh salah seorang pedagang di pasar Cinde Palembang.
Wadir Reskrimsus Polda Sumsel AKBP I Nyoman Dewa mengatakan, dalam menyikapi temuan tersebut,
pihaknya telah bekerjasama dengan PD pasar untuk mengingatkan para pedagang agar tidak menjual makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya.
Tribun Sumsel/ Shinta
Baca berita di -------
Follow Instagram ---------
Like fanspage ---------
Walking Around ~ Jembatan Ampera Brigde Palembang samping Pasar 16 Ilir ~ Sungai Musi Palembang
Walking MAp :
Ampera Bridge (Indonesian: Jembatan Ampera, for Amanat Penderitaan Rakyat, a now-rarely-used colloquial name for the preamble of the Constitution of Indonesia), formerly Bung Karno Bridge (Indonesian: Jembatan Bung Karno, after President Sukarno) between its opening and 1966, is a vertical-lift bridge in the city of Palembang, South Sumatra, Indonesia. It connects Seberang Ulu and Seberang Ilir, two regions of Palembang. It can no longer be opened to allow ships to pass.
The bridge was planned during the era of Indonesia's first president, Sukarno, who wanted a bridge that could open and be a match for London's Tower Bridge. The funds for the construction came from Japanese war reparations, with Fuji Heavy Industries being given responsibility for design and construction. However, at the time, Japan had no bridges of this type, and Fuji Heavy Industries had no bridge-building experience. The official opening was carried out by Minister and Commander of the Army Lieutenant General Ahmad Yani on 30 September 1965, only hours before he was killed by troops belonging to the 30 September Movement. At first, the bridge was known as the Bung Karno Bridge, after the president, but following his fall, it was renamed the Ampera Bridge
Jembatan Ampera (Amanat penderitaan rakyat) adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.
Panjang Jembatan 1.177 m, lebar 22 m (bagian tengah 71,90 m, berat 944 ton dan dilengkapi pembandul seberat 500 ton), semua bagian tengah bisa diangkat agar kapal-kapal besar bisa lewat namun sejak tahun 1970 bagian tengah sudah tidak dapat diangkat lagi. Bandul pemberatnya pada tahun 1990 dibongkar karena dikhawatirkan dapat membahayakan. Tinggi jembatan ini 11,5 m dari atas permukaan air, tinggi menara 63 m dari permukaan tanah dan jarak antara menara 75 m
Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Wali kota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.[3]
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk nama Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatra Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Wali kota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.
Pada awalnya, bagian tengah dan bagian belakang dan bagian depan badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini
#JembatanAmperaPalembang
#Palembang
#JembatanAmpera
#StasiunLRTAmpera
#StasiunAmpera
#AmperaPalembang
#SungaiMusi
#Pasar16ilir
PASAR CINDE PALEMBANG II PGA PALEMBANG
batu akik cinde dan PGA Palembang