Peringatan Sejit Kongco di Vihara Dharma Sukha di Cirebon
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUN-VIDEO.COM - Sejak pukul 06.00 WIB, Vihara Dhrama Sukha di Desa Weru Kidul, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, sudah ramai dipenuhi para jemaatnya, Jumat (8/3/2019).
Mereka membawa sejumlah buah-buahan, bunga sedap malam serta kue kemudian masuk ke dalam vihara. Saat memasuki vihara, mereka terlebih dahulu menyalakan lilin yang berada dekat di pintu vihara.
Adapun bunga sedap malam yang dibawa oleh setiap itu sama, yaitu tujuh tangkai bunga saja, sesuai kebiasaan dari nenek moyangnya.
Satu per satu dari jemaat masuk ke dalam vihara dan meletakkan makanan yang mereka bawa di meja yang sudah disediakan.
Di Vihara Dharma Sukha, terdapat dua buah ruangan utama tempat beribadah jemaatnya. Kedua ruangan tersebut sudah tampak dipenuhi para jemaat.
Setelah itu, mereka akan berdoa secara bersama-sama dan setelah itu melakukan ramah tamah. Setelah itu, para jemaat secara khusus meminta pertolongan kepada dewa.
Kebanyakan dari mereka berjalan menuju meja di dekat patung dewa dan mengambil selembar kertas berwarna kuning berukuran sekitar 10 sentimeter × 0,5 sentimeter.
Kertas tersebut disebut HU. Di atasnya bertuliskan huruf Cina yang menejelaskan nama vihara, lokasi vihara, dan nama roh suci.
HU ini lebih khusus ke rezeki. Jadi para jemaat biasanya mengambil HU itu kemudian beribadah dan meminta rezeki. Adapun yang membawa buah itu bagi yang mampu saja, tidak diwajibkan, kata Pengurus Vihara Dharma Sukha, Kusnadi kepada Tribun Jabar.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan mereka itu merupakan peringatan Sejit Kongco atau peringatan menyambut dewa datang ke bumi untuk memberikan keberkahan. Sejit Kongco ini juga bisa untuk menentukan umur dewa tertinggi di suatu vihara.
Dewa yang ada di vihara ini merupakan dewa dengan strata tertinggi di Cirebon, dan salah satu dengan strata tertinggi di Pulau Jawa. Nama dewanya Fuk The Ming Wang atau dewa yang telah diberi gelar, dewa ini adalah pemberi kelancaran rezeki.
Menurut Kusnadi, warga yang biasanya bersembahyang di sana untuk meminta keberkahan, tak heran jika jemaat vihara ini tidak pernah berkurang. Sebagian besar jemaatnya adalah warga Jakarta.
Fuk sendiri berarti keberuntungan, the artinya kebajikan, wang artinya raja, dan ming adalah nama kehormatan dewa tersebut.
Patung Dewa Fuk The Ming Wang itu diletakkan persis di tengah-tengah di ruangan pertama memasuki vihara. Di depannya sudah ada dupa, buah, dan beberapa makanan.
Kusnadi mengatakan, Dewa Fuk The Ming Wang tersebut lahir tahun 1134 SM. Dia merupakan perdana menteri yang dikenal sangat dermawan saat itu.
Kira-kira saat umurnya 40 tahun, dia sudah menjadi perdana menteri dan menjabatnya cukup lama hingga meninggal pada usia 102 tahun.
Semasa hidupnya, dikenal pula sebagai perdana menteri yang bijaksana dan sangat peduli terhadap rakyat. Dia selalu membuat aturan yang pro terhadap rakyatnya.
Setelah meninggal, posisinya digantikan oleh perdana menteri yang kejam dan tidak memihak kepada rakyat. Perdana menteri yang menggantikannya itu kejam dan akhirnya membuat rakyat sengsara.
Dari situlah, ada sebuah keluarga yang membuat pemujaan dari kenteng di depan rumahnya. Setiap hari, keluarga tersebut selalu meminta pertolongan kepada Dewa Fuk The Ming Wang.
Dengan dia memuja terhadap dewa meminta kemudahan atas pahitnya kebijakan perdana menteri saat itu, ekonomi dia lebih baik, tanamannya subur, dan peternakannya baik. Hingga bisa hidup layak dan makmur, kata Kusnadi.
Melihat keadaan tersebut, lambat laun banyak mayarakat yang mengikutinya dan memuja Dewa Fuk The Ming Wang.(*)