Diskusi: Indonesia Dilihat dari Timur
Diskusi
Indonesia Dilihat dari Timur
Pembicara: Francisia Saveria Sika Ery Seda, Glenn Fredly, Jacky Manuputty
13 November 2013
Serambi Salihara
Indonesia dibangun dari Jakarta. Kebijakan nasional diukur berdasarkan kepentingan para elite di pusat pemerintahan. Ini terjadi di zaman Orde Lama dan Orde Baru. Di era 1950-an muncul sejumlah pemberontakan daerah sebagai buntut ketidakpuasan terhadap Jakarta. Di tahun-tahun terakhir Orde Baru dan awal Reformasi pecah sejumlah kerusuhan daerah yang bisa dibaca sebagai wujud ketidakpuasan terhadap rezim sentralistik yang kelewat lama berkuasa.
Keruntuhan Orde Baru membuat tuntutan terhadap desentralisasi dan otonomi daerah menjadi lebih keras lagi. Teristimewa bagi daerah-daerah di kawasan timur Indonesia yang selama ini terabaikan dalam pembangunan nasional. Sementara desentralisasi dan otonomi daerah yang berjalan juga menimbulkan konflik sosial, merebaknya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Diskusi ini mencoba membicarakan kembali keindonesiaan kita. Apakah benar kawasan timur Indonesia hanya obyek kepentingan para elite di Jakarta? Bagaimana kawasan ini melihat Indonesia dalam bingkai negara kesatuan? Bagaimana Indonesia masa depan dalam pandangan saudara-saudara kita dari kawasan ini?
Ikuti diskusinya bersama Francisia Saveria Sika Ery Seda, sosiolog dari Universitas Indonesia, Depok; Glenn Fredly, musisi dan inisiator petisi #SaveAruIsland; dan Jacky Manuputty, pendeta dan aktivis perdamaian dari Ambon, Maluku.
Sebelum diskusi akan ada pentas musik oleh Glenn Fredly dan setelah diskusi akan ada workshop singkat Kartu Pos untuk Aru bersama Nadine, Tiza dan Rahyang.
Ceramah: Saya dan Seni Lukis Indonesia
Ceramah
Saya dan Seni Lukis Indonesia
Pembicara: Srihadi Soedarsono
Teater Salihara
Srihadi Soedarsono akan memberikan ceramah tentang perjalanan hidup dan karyanya. Ia berada di tengah perseteruan Mazhab Yogyakarta dan Mazhab Bandung. Ia bukan hanya murid S. Sudjojono, yang berprinsip jiwa ketok dalam lukisan, tapi juga murid Ries Mulder, pendiri seni rupa ITB yang menanamkan prinsip abstrakisme. Karya-karya Srihadi memperlihatkan tarik-menarik dua mazhab tersebut.
Dalam ceramahnya kali ini Srihadi akan menceritakan lika-liku karier kepelukisannya. Mulai dari menjadi anggota termuda Seniman Indonesia Muda (SIM), menjadi anggota Tentara Pelajar dan mendokumentasikan sejumlah peristiwa sejarah yang penting, hingga menjadi guru besar ITB, dan terus melukis hingga pada usia 84 tahun. Kini ia tengah mempersiapkan pameran tunggalnya di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
Diskusi: Jakarta dan Street Photography
Diskusi
Jakarta dan Street Photography
Pembicara: Erik Prasetya & Irma Chantily
10 Juni 2014
Serambi Salihara
Street photography atau fotografi jalanan adalah tren yang belakangan ini sedang marak dan mulai menuai kontroversi di dunia. Sesungguhnya, minat fotografer terhadap dinamika jalanan sudah mulai sejak ditemukannya kamera berkecepatan tinggi. Ketertarikan terhadap apa yang terjadi di jalanan menghasilkan spektrum pendekatan fotografi yang berlainan, dari surrealis hingga provokatif. Pendekatan itu terutama membedakan dirinya dari jurnalisme dan dokumentasi dalam hal tegangan maupun informasi.
Bagaimana sumbangan dan kontroversi etis fotografi jalanan terhadap kekayaan pendekatan fotografi menjadi tema diskusi ini. Diskusi akan mendampingi pameran fotografi karya Bertrand Meunier Hub Side Down di Galeri Salihara.
Diskusi akan menampilkan Erik Prasetya dan Irma Chantily. Erik Prasetya adalah fotografer yang telah 25 tahun berkonsentrasi pada fotografi jalanan. Invisible Photography Asia menahbiskan dirinya sebagai satu dari 30 fotografer paling berpengaruh di Asia. Ia telah menerbitkan buku Jakarta Estetika Banal (2011). Sementara Irma Chantily adalah pengamat dan pengajar fotografi di Institut Kesenian Jakarta.
[Liputan] Pusat Kesenian Komunitas Salihara
JURNAL 19 SIANG is the news program broadcasted live from Binus TV studio. In thirty minutes we serve our own news report, the newest information Berita Terkini; segment taken from online media, and news from Voice of Indonesia.
JURNAL 19 SIANG will accompany viewers during the day with the latest news and up to date information.
----------------------------------------------
Watch our broadcast in
Follow our Twitter
Follow our Instagram at
Like our Facebook
Sejarah Komunitas Salihara
Komunitas Salihara dikenal sebagai rumahnya para seniman di Indonesia. Komunitas ini mengumpulkan berbagai seniman lokal dan internasional sejak Agustus 2008. Selain menggelar berbagai seni pertunjukkan, Komunitas Salihara juga sering memberikan pelatihan mendalam untuk seniman baru.
Diskusi: Kehidupan Malam Jakarta
Diskusi
Kehidupan Malam Jakarta
Pembicara: Jérôme Tadié dan Teguh Dartanto
Selasa, 11 Juni 2013
Serambi Salihara
Sebanyak 11 juta penduduk Jakarta di waktu siang menyusut menjadi delapan juta saat malam. Setiap sore hingga malam ratusan ribu hingga jutaan manusia meninggalkan Jakarta untuk pulang ke rumah mereka di kota-kota penyangga ibukota. Tapi kehidupan ekonomi tidak berhenti, malah berlanjut dengan wataknya yang lain lagi. Mereka yang bekerja di malam hari memutar kembali roda ekonomi Jakarta dengan kecepatan yang tidak kalah kencang jika dibandingkan saat hari masih terang.
Bukan hanya tempat-tempat hiburan malam yang menjadi penggerak perekonomian malam Jakarta, tetapi banyak sektor lain, seperti terminal, pelabuhan, dan pasar tradisional. Bukan hanya bisnis legal, tetapi juga bisnis gelap ambil bagian di malam hari.
Diskusi ini menampilkan Jérôme Tadié dan Teguh Dartanto. Jérôme Tadié adalah sosiolog Prancis, penulis buku Wilayah Kekerasan di Jakarta (Masup Jakarta, 2009), yang saat ini tengah meneliti perekonomian malam Jakarta. Adapun Teguh Dartanto adalah dosen dan peneliti di Departemen Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok.
This is Komunitas Salihara, a Multidisciplinary Art Center in Jakarta | DailyVideo 06
Just wanna share how cool my office is. I work here since 2016 and now it become my 2nd home. You should visit Komunitas Salihara if you're in Jakarta. They have many programs including performing arts, visual arts, literature, lecture, film screening, workshop, philosophy class and discussion. Or just drop by and have a cup of coffee while enjoying Salihara's modern/contemporary architecture. Yes, we've coffee shop, restaurant and jamu bar, open everyday.
.
This August, Salihara gonna celebrates their 10th years anniversary with performing arts festival called SIPFest. From August 4th to September 2nd, you can enjoy theatre, music and dance performance from Indonesia and International.
.
more information about this cool place, please visit salihara.org
p.s you can enjoy a spectacular sunset here too!! Salihara's have 2 rooftop to see sunrise and sunset :)
.
Shot on iphone 7plus, with iFilmic Pro, Log Format.
Edited in imovie, filtered with Chromic App for iOs
music: Emmit Fenn - Blinded (remix)
Islam Politik di Timur Tengah dan Indonesia
Islam Politik di Timur Tengah dan Indonesia
Pembicara: Faisal Assegaf (wartawan) & Luthfi Assyaukanie (Freedom Institute)
Serambi Salihara | Rabu, 25 Januari 2012, 19:00 WIB
Terbuka untuk umum | Pendaftaran selambatnya 24 Januari 2012
Partai-partai berhaluan Islam meraih kemenangan melalui pemilihan umum di Timur Tengah, seperti di Tunisia, Maroko, dan Mesir. Inilah fenomena kembalinya Islam Politik pasca-Arab Springs. Apakah parpol-parpol Islam ini masih satu ideologi dengan Islamisme, yang pernah diamati oleh Oliver Roy dan dianggap gagal? Ataukah parpol ini jauh lebih moderat dan terbuka? Mengapa ada fenomena kebangkitan Islam Politik di Timur Tengah, namun justru Islam Politik di Indonesia mengalami kegagalan? Melalui sekian pemilu yang digelar secara demokratis dan terbuka; misalnya pada 1955, 1999, 2004, dan 2009, tidak ada partai Islam yang menang di Pemilu?
Ikuti diskusinya bersama Faisal Assegaf, wartawan yang mengikuti pergolakan politik di Timur Tengah, dan Luthfi Assyaukanie dari Freedom Institute, penulis buku Ideologi Islam dan Utopia: Tiga Model Negara Demokrasi di Indonesia.
Idenesia - Ruang Seni Komunitas Salihara (1)
Komunitas Salihara dikenal sebagai rumahnya para seniman di Indonesia. Komunitas ini mengumpulkan berbagai seniman lokal dan internasional sejak Agustus 2008. Selain menggelar berbagai seni pertunjukkan, Komunitas Salihara juga sering memberikan pelatihan mendalam untuk seniman baru.
Erasmus Huis | AYA Dance Theatre VEIL at Teater Salihara Jakarta
Erasmus Huis presents AYA Dance Theatre VEIL at Teater Salihara Jakarta, 18 October 2018.
VEIL is a touching dance performance about living between two worlds. With one foot in the Western culture. And the other in the culture of your parents. To bridge those cultures, you need to be flexible. Especially in your heart.
This is what Mouna Laroussi, Cherif Zaouali, Laila el Bazi and Karima el Fillali discover. They are the Arabic-Dutch dancers and singers exploring the boundaries in VEIL. They share their advantures with the German break-dancer Constantin (Conni) Trommlitz.
VEIL - AYA Dance Theatre
Concept & Direction: Wies Bloemen
Choreography: Wies Bloemen in collaboration with the dancers
Dancers:
- Mouna Laraoussi
- Laila el Bazi
- Cherif Zaouali
- Karima el Fillali
- Constantin (Conni) Trommlitz
Vocals: Karima el Fillali
Music: Kaveh Vares, Rene Thie
Decor & Lighting: Erik van Raalte
Costumes: Marina van der Heiden
Dramaturgy: Monique Masselink
Music fragments: Dennis van Tilburg
AYA Dance Theatre
Danstheater AYA
Contactweg 42H, 1014 AN
Amsterdam, Netherlands
Website:
Twitter: @danstheateraya
The Erasmus Huis (Dutch Cultural Center In Jakarta - Indonesia)
Embassy of the Kingdom of the Netherlands
Jl. HR Rasuna Said Kav S-3
Jakarta Selatan 12950
Website:
Twitter: @erasmushuis
Teater Salihara (First black box theater in Indonesia)
Komunitas Salihara
Jl. Salihara 16, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520
Website:
Video & Editing:
Didi S. - NihDia.com
Website:
Twitter: @nihdiacom
Kelas Filsafat. Sejarah Filsafat Yunani Kuna: Sofisme
Kelas Filsafat
Sejarah Filsafat Yunani Kuna: Sofisme
Pembicara: A.Setyo Wibowo
12 Maret 2016
Serambi Salihara
Kelas Filsafat Sejarah Filsafat Yunani Kuna akan membahas empat aliran besar pemikiran secara berurutan. Pertama, kaum Phusiko (abad ke-4 SM) yang lebih dikenal dengan nama Prasokratik. Kedua, Sofisme (abad ke-5 SM) dengan para ahlinya sering dianggap sebagai fasilitator demokrasi yang ulung. Kaum Sofis yang menjadi pemikir musuh terbesar Platon ini hidup di era kejayaan demokrasi Athena.
Ketiga, Platonisme (abad ke-4 SM), sebuah pemikiran yang banyak dikomentari sepanjang sejarah filsafat. Terakhir adalah Aristotelisme. Ia sering dipuja sebagai pemikiran yang realistis dengan tokoh utama Aristoteles. Teorinya tentang motor imobil dan intellek aktif-pasif menjadi bahan spekulasi pemikiran setelahnya untuk membicarakan Allah.
A. Setyo Wibowo adalah pengajar di STF Driyarkara Jakarta. Ia meraih gelar Bakalaureat Teologi dari Pontificià Università Gregoriana, Roma (1999) dan menuntaskan program doktoral bidang filsafat di Universitas Paris I–Panthéon Sorbonne, Paris (2007).
Ceramah: Arsitektur di Indonesia
Ceramah
Arsitektur di Indonesia
Pembicara: Han Awal
11 Maret 2015
Serambi Salihara
Ceramah ini akan mengulas perkembangan arsitektur di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, masa pemerintahan Soekarno hingga masa kini. Dalam pandangan arsitek Han Awal konsep arsitektur tidak bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan manusia. Artinya arsitektur terkait dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi dan arkeologi. Han Awal juga menyebut konsep arsitektur Nusantara yang menurutnya menampilkan keragaman dan kebhinnekaan Nusantara.
Karya-karya Han Awal adalah, antara lain, kampus Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, dan gedung DPR/MPR. Selain dikenal sebagai arsitek, Han Awal juga disebut sebagai arsitek konservasi karena kegigihannya merawat gedung-gedung tua bersejarah, seperti gedung Arsip Nasional, Gereja Kathedral, Bank Indonesia, dan saat ini sedang merenovasi Gereja Immanuel di Gambir dan gedung kantor cabang Bank Indonesia di Surakarta.
Idenesia - Ruang Seni Komunitas Salihara (2)
Komunitas Salihara dikenal sebagai rumahnya para seniman di Indonesia. Komunitas ini mengumpulkan berbagai seniman lokal dan internasional sejak Agustus 2008. Selain menggelar berbagai seni pertunjukkan, Komunitas Salihara juga sering memberikan pelatihan mendalam untuk seniman baru.
Photo Story - Ruang Seni di Selatan Jakarta (Galeri Salihara)
Project 2 - Photo Story Ruang Seni di Selatan Jakarta
UAS Online Journalism Universitas Multimedia Nusantara
Dosen: Panca Hari Prabowo
- Muhamad Faris Dzaki Rahadian (13140110360)
- Livani Rizky Putri (13140110149)
- Regina Pertiwi Panjaitan (13140110359)
- M. Dwi Arianto (1314011330)
Kelas Filsafat. Sejarah Filsafat Yunani Kuna: Aristotelisme
Kelas Filsafat
Sejarah Filsafat Yunani Kuna: Aristotelisme
Pembicara: A.Setyo Wibowo
02 April 2016
Serambi Salihara
Kelas Filsafat Sejarah Filsafat Yunani Kuna akan membahas empat aliran besar pemikiran secara berurutan. Pertama, kaum Phusiko (abad ke-4 SM) yang lebih dikenal dengan nama Prasokratik. Kedua, Sofisme (abad ke-5 SM) dengan para ahlinya sering dianggap sebagai fasilitator demokrasi yang ulung. Kaum Sofis yang menjadi pemikir musuh terbesar Platon ini hidup di era kejayaan demokrasi Athena.
Ketiga, Platonisme (abad ke-4 SM), sebuah pemikiran yang banyak dikomentari sepanjang sejarah filsafat. Terakhir adalah Aristotelisme. Ia sering dipuja sebagai pemikiran yang realistis dengan tokoh utama Aristoteles. Teorinya tentang motor imobil dan intellek aktif-pasif menjadi bahan spekulasi pemikiran setelahnya untuk membicarakan Allah.
A. Setyo Wibowo adalah pengajar di STF Driyarkara Jakarta. Ia meraih gelar Bakalaureat Teologi dari Pontificià Università Gregoriana, Roma (1999) dan menuntaskan program doktoral bidang filsafat di Universitas Paris I–Panthéon Sorbonne, Paris (2007).
Diskusi Musik Jazz: Gaya Hidup dan Perkembangan Mutakhir di Indonesia
Jazz: Gaya Hidup dan Perkembangan Mutakhir di Indonesia
Serambi Salihara
Diskusi
Sabtu, 12 Januari 2013, 16:00 WIB
Jazz: Gaya Hidup dan Perkembangan Mutakhir di Indonesia
Pembicara: Indra Lesmana dan EQ Puradiredja, Moderator: Aldo Sianturi
Serambi Salihara | Terbuka untuk umum
Pendaftaran paling lambat 11 Januari 2013
Jazz Indonesia terus mengalami perluasan khalayak—bukan lagi milik kelas menengah saja. Tengoklah sejumlah festival jazz yang digelar bukan hanya di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain: Yogyakarta, Probolinggo, Pekanbaru, Trawangan, Ambon. Bukan hanya di gedung bagus atau mall ber-AC, tetapi di kampung di antara rumah penduduk, di ketinggian pegunungan. Dalam perkembangannya jazz juga bercampur dengan musik dan irama lokal: musik-musik etnik ikut memperkaya irama jazz.
Diskusi ini akan memperbincangkan fenomana musik jazz di Indonesia, dari pengamatan sosial, pergelaran festival jazz hingga menjadi semacam identitas untuk kelas sosial tertentu. Juga ingin menelisik, bagaimana jazz menyerap khaznah tradisi di Nusantara dan mengaitkannya dengan khazanah dunia, di samping pencapaian artistik yang layak dicatat.
Diskusi menghadirkan pembicara Indra Lesmana, pianis-musisi jazz, dan EQ Puradiredja, Direktur Program Java Jazz Festival dengan Moderator: Aldo Sianturi.
gugun blues shelter at salihara, Jakarta-Indonesia
this is
Diskusi: Sejumlah Masalah Sinema Digital Indonesia
Diskusi
Selasa, 05 Maret 2013, 19:00 WIB
Sejumlah Masalah Sinema Digital Indonesia
Serambi Salihara
Pembicara: J.B. Kristanto & Riri Riza
Teknologi mutakhir memberikan dampak yang besar pada proses digitalisasi dalam perfilman. Ada keuntungan dari penggunaan teknologi ini dibanding dalam sinema konvensional sebelumnya, baik dari aspek ekonomi yang jauh lebih murah hingga proses pembuatan film yang lebih mudah. Proses penayangannya juga bisa melalui satu tempat dan disebarkan ke banyak tempat melalui satelit tanpa membuat salinan film seperti cara konvensional sebelumnya.
Namun di sini lain masih ada sejumlah masalah. Mulai dari problem artistik, seperti kualitas suara, hingga menggejalanya semangat siapa saja bisa bikin film. Sementara tempat pemutaran film, terutama yang komersial, sebagian besar masih dikuasai pihak tertentu akibat monopoli kepemilikan, kebijakan perfilman dan teknologi informasi di Indonesia. Untuk menyiasati hal ini bermunculan sinema digital yang diunggah melalui media-media sosial, di samping festival-festival film alternatif yang diprakarsai oleh komunitas film independen di banyak daerah di Indonesia.
Diskusi ini akan mengulas persoalan sinema digital dari aspek ekonomi dan politik dan artistik. Pembicaranya adalah J.B. Kristanto, kritikus film senior, dan Riri Riza, sutradara.
Catatan:
Pada menit 27:40. Pembicara (Riri Riza) menunjukan trailer film 'Julien Donkey Boy':
Kelas Filsafat. Tentang Nietzsche. Kematian Tuhan dan Genealogi
Seri Kuliah Umum
Kelas Filsafat: Tentang Nietzsche
Kematian Tuhan dan Genealogi
20 April 2013
Pembicara: A. Setyo WibowoSerambi Salihara
Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900) dikenal dengan julukan Pembunuh Tuhan. Tidak salah, juga tidak benar sepenuhnya. Filsuf dan ahli filologi kelahiran Jerman ini tidak melulu membicarakan kematian Tuhan, tapi juga manusia ideal di zaman modern yang nihilis dan lain-lain soal. Kesalahpahaman terhadap Nietzsche dan karyanya lantas menempatkannya sebagai filsuf yang dipantang oleh banyak orang.
Kuliah ini hendak menawarkan tafsir atas Nietzsche yang berlandasan pemikirannya tentang kebutuhan untuk percaya. Bahwa manusia selalu butuh memercayai sesuatu untuk mengutuhkan dirinya. Dari situlah muncul fanatisme. Agama, ideologi, sains, dan filsafat telah diubah menjadi ide mumi oleh orang-orang fanatik. Ketika kebenaran menjadi mumi, apa pun yang ditambahkan kepadanya kemudian tidak akan mengubah kenyataan bahwa ia sudah mati. Tuhan sudah mati, kata Nietzsche suatu kali—kitalah pembunuh-Nya.
Selain refleksi tentang kedalaman sang pemikir soliter, kehendak dan kebutuhan untuk percaya, dan kematian Tuhan (analisis genealogi), rangkaian kuliah umum ini juga membahas jenis manusia yang menurut Nietzsche mampu mengiyai realitas apa adanya, manusia yang melampaui (Übermensch), yang figur paripurnanya adalah bayi.
A. Setyo Wibowo (Romo Setyo), pengajar di STF Driyarkara Jakarta, akan membahas sosok filsuf penting ini dalam empat kali pertemuan. Romo Setyo meraih gelar Bakalaureat Teologi (1996—1999) dari Pontificià Università Gregoriana, Roma, Italia. Sementara gelar S-2 Filsafat (2001), gelar DEA (2003) dan gelar Doktor Filsafat (2007) ia raih dari Université Paris I--Panthéon Sorbonne, Paris, Prancis.
Mutu Kualitas Komunitas Salihara
Komunitas Salihara dikenal sebagai rumahnya para seniman di Indonesia. Komunitas ini mengumpulkan berbagai seniman lokal dan internasional sejak Agustus 2008. Selain menggelar berbagai seni pertunjukkan, Komunitas Salihara juga sering memberikan pelatihan mendalam untuk seniman baru.