Kisah CINTA LEGENDA di Museum LE MAYEUR Sanur
Le Mayeur Museum is a memorial museum mainly housing the artworks and personal history of painter Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres (February 9, 1880 – May 31, 1958) – a Brussels-born artist who was impressed by the shores of Sanur and dedicated his entire life there to the two things he loved the most: the arts and women. Before deciding to spend his life in Bali, Le Mayeur had already travelled around the world. Sacrificing his travels to pursue his love of arts, he found himself enamoured of the exotic scent of frangipani and a certain bare-breasted Legong dancer, his wife and muse, Ni Pollok.
After Le Mayeur found ‘home’ in the island and Ni Pollok, who soon became the muse of his paintings and the rest of his life, the artist created a range of artworks in his impressionistic 'dob' style of painting. His technique was considered unorthodox, albeit in a brilliant way. Le Mayeur utilized thick and rather stiff brushes to create sharp yet fluent caresses, which were later elaborated on by Antonio Blanco, another influential painter in Bali. Le Mayeur passed away on May 31, 1958. The loving couple left no children but the well-crafted mansion that is the museum today, and its legacy was bequeathed to the Indonesian government. The museum exemplifies the priceless heritage of an artist and a nation. The main building features the former living quarters of the couple, with classical Balinese elements, sculpted stone walls and red terrazzo floor tiles. Carved wood dominates the furnishings, and window sills feature motifs inspired by wayang shadow puppet characters. There are five rooms that serve as silent witnesses to the lives of Le Mayeur and Ni Pollok. Visitors may imagine the similar love story brought again to life through inanimate objects, similar to the retro-styled storytelling of the film Titanic. Walkthroughs include the artist’s studio, reading room and study, and the bedroom as well as Ni Pollok’s vanity corner and bathroom.
Museum Le Mayeur is easily found, located right on the beachfront in Sanur. The compound features structures in Balinese architecture that houses well over eighty artworks categorised into five different collections based on the mediums that Le Mayeur used, such as hardboard, plywood, canvas and paper. Most of the paintings in his collection feature bare-breasted women, and not all were the results of inspiration in Bali, as he had travelled the world prior to calling the island his home. Most of his world travels included Europe, Africa, India, Italy and France. Some of his work feature subjects inspired by his travels he painted during the 1920s. Le Mayeur arrived in Bali in 1932 in his early 50s. It was supposed to be part of his travels until he met his muse and future wife. They married after three years of their first meeting and Le Mayeur built the house on the shoreline when Sanur was a mere quiet fishing village. One of the structures in the gardens is a meeting pavilion where Le Mayeur used to receive his guests and potential buyers of his art pieces.
Sejarah Singkat Museum Le Mayeur Sanur Bali
Bangunan Museum Le Mayeur sangat terkesan tradisional Bali. Dari pondasi yang terbuat dari batu karang laut, tiang bangunan serta jendela penuh dengan ukiran.
Le Mayeur berasal dari nama seorang Pelukis dan juga bangsawan asal Belgia; Adrien Jean Le Mayeur de Merpres.
Le Mayeur de Merpres pertama kali datang ke Bali pada tahun 1932.
Tiga ruang utama bangunan ini adalah ruang tamu yang dihiasi oleh lukisan, meja dan perabotan-perabotan berukiran antik.
Ruang keluarga, yang penuh dengan lukisan-lukisan kecil ala Eropa.
Dan ruang utama yang merupakan studio tempat Le Mayeur melukis. Paling luas, dan dipenuhi oleh lukisan-lukisan berukuran besar.
Le Mayeur sangat tertarik dengan budaya Bali, dan menikahi seorang penari Bali yang kemudian menjadi obyek utama lukisannya, yang memenuhi ruang ini.
Kokoh berdiri pohon kamboja yang berusia ratusan tahun ini, menunjang keasrian halaman.
Pada tahun 1957, Bahder Djohan, yang ketika itu adalah Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI, menggagaskan untuk merubah rumah kediaman ini menjadi museum, demi melestarikan karya seni Le Mayeur.
[Gst. Putu Wirata, Koordinator Museum Le Mayeur Sanur]:
Obyek utama yang diserahkan ke pemerintah, disamping lukisan, termasuk bangunan, juga peralatan keseharian yang pernah digunakan oleh Le Mayeur.
Le Mayeur meninggal pada tahun 1958 di usia 78 tahun, karena kanker telinga, dan dimakamkan di Brussel.
Ada dua bangunan tambahan setelah kepergian Le Mayeur yakni Bale Bengong dan Bale Pecanangan.
Karena letaknya yang strategis, banyak wisatawan asing maupun lokal mengunjungi tempat ini.
[Wout Hol, Wisatawan Asal Rotterdam, Belanda]:
Kami datang naik sepeda pagi ini, kami tinggal di Sanur, dan berasal dari Belanda, saya tahu tentang museum ini dari buku dan melihat pameran lukisannya pagi ini. Kami sangat suka lukisan-lukisannya yang penuh warna, juga bangunannya, kebunnya, perabotannya, kami sangat suka.
Suyasa, NTD, Sanur, Bali.
Sanur - Museum Le Mayeur
Perhaps the main attraction of this modest art museum are the gardens and seaside location
Traveled Le Mayeur Museum Sanur Bali. By I Made Puji Astawa
Berwisata Ke Museum Le Mayeur Sanur Bali
Denpasar ( I Made Puji Astawa )
.
Nama Le Mayeur diambil dari nama seorang pelukis Andrien Jean Le Mayeur De Merpres yang lahir pada 9 Februari 1880 di Ixelles, Brussel. Dia anak bungsu dua bersaudara dari ayah Andrien Le Mayeur De Merpres dan Ibu Louise Di Bosch. Pendidikan terakhirnya di Perguruan Tinggi Politeknik di Universitas Libre, Brussel dan bergelar Insinyur bangunan tetapi lebih menekuni bidang seni lukis.
Dalam meniti karirnya sebagai pelukis, Le Mayeur kemudian melanglang buana ke berbagai belahan dunia seperti Perancis, Italia, Maroko, Tunisia, Aljazair, India, Thailand, Kamboja, Tahiti, dan akhirnya ke Bali. Le Mayeur menginjakkan kaki pertama di Bali pada 1932 melalui jalan laut dan mendarat di Singaraja. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Denpasar, dengan menyewa sebuah rumah di Desa Kelandis. Di tempat inilah kemudian Le Mayeur berkenalan dengan seorang penari Legong bernama Ni Nyoman Pollok kelahiran 3 Maret 1917. Kecantikan dan keanggunan Ni Pollok waktu menari menggugah hati Le Mayeur untuk menjadikan Ni Pollok menjadi model dalam lukisannya. Seiring dengan perjalanan waktu hubungan Le Mayeur dengan Ni Pollok semakin intim dan berlanjut ke jenjang pernikahan. Ni Pollok sebagai seorang istri menghendaki keturunan tapi Le Mayeur menolak alasannya karena Ni Pollok tetap sebagai model. Hal ini akan merusak keindahan tubuhnya jika hamil. Dari berpameran di Singapura, Le Mayeur kemudian membeli sebidang tanah seluas 20,6 are di Pantai Sanur. Di tempat ini kemudian Le Mayeur membangun rumah. Ruang induk terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, studio, kamar tidur, dan kamar mandi.
Ketenaran Le Mayeur makin lama makin meningkat. Hal ini terbukti dengan banyaknya kunjungan wisatawan, bahkan dari pejabat tinggi negara seperti Presiden pertama RI Ir. Soekarno, Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru, dan lain-lain. Pada 1956 Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI, Bahder Djohan berkunjung ke rumah Le Mayeur. Beliau sangat terkesan dengan karya seni Le Mayeur, dan mencetuskan gagasan untuk menjadikan rumah tinggal Le Mayeur sebagai museum agar karya seninya dapat dilestarikan. Gagasan ini disambut baik oleh Le Mayeur. Maka pada 28 Agustus 1957 dengan akte hadiah nomor 37 Le Mayeur menghadiahkan hak miliknya kepada Ni Pollok dan pada hari yang sama Ni Pollok sebagai pewaris selanjutnya mempersembahkan kepada Pemerintah Indonesia berdasarkan akte hadiah nomor 38.
Museum Le Mayeur
Museum Le Mayeur, Meresapi Warisan Peninggalan Mr. Belgi. Info lengkap klik
Visit Museum Le Mayeur Indonesia
Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres (9 February 1880 – 31 May 1958) was a Belgian painter from Brussels who lived the last part of his life in Bali.Adrien came to Bali at Singaraja by boat in 1932. He then stayed in Denpasar Le Mayeur and was fascinated by what remained then of Balinese culture, including the Balinese people's traditional way of life, the temple rituals and local dances.[1] He was also impressed by the light, color and beauty of the surroundings in the then still quite unspoilt island.[2]More info visit:
museum le mayeur sanur
Museum Le Mayeur - Bali - Indonesia
The Le Mayeur Museum is a museum containing Adrien-Jean Le Mayeur's work as well as his collection of traditional Balinese art and local artifacts. It is located in Sanur, Bali, Indonesia.For more info visit
le mayeur museum wiki
le mayeur paintings
le mayeur artist
adrien le mayeur
adrien jean mayeur
le mayeur ruisbroek
le mayeur rixensart
#Museum #Trip
mengunjungi Museum Le Mayeur di pinggir Pantai Sanur
Lukisan yang ada di Museum Le Mayeur ini keren, punya daya tarik tersendiri. kamu ga mau jadi salah satu pengunjungnya? ????
sumber gambar Le Mayeur & Ni pollok: google
backsound: bensound.com
jangan lupa subscribe channel kami. like dan share jika kamu merasa video ini bermanfaat. terima kasih.
Museum Le Mayeur video - museum le meyeur indonesia
The Le Mayeur Museum is a museum containing Adrien-Jean Le Mayeur's work as well as his collection of traditional Balinese art and local artifacts. It is located in Sanur, Bali, Indonesia. More info visit :
http en wikipedia org wiki le mayeur museum
le mayeur rixensart
restaurant le mayeur
le mayeur ruisbroek
museum le meyeur indonesia
le mayeur paintings
ni pollok
adrien le mayeur
museum le mayeur sanur
The Beautiful Museum Le mayeur in Sanur Beach
The beautiful museum in sanur beach
Lemayeur museum located on Hangtuah street beside sanur beach, lemayeur museum taken by he is owner adrean jean le mayeur de mepres with he is wife/model ni polok.
for more information :
contact us : winantarydewii@gmail.com
FOKUS LENSA : Sejarah Museum Le Mayeur
Selamat berjumpa kembali pemirsa dalam Fokus Lensa, bersama saya, Ayu Widiyantari. Apa kabar, mudah-mudahan pemirsa dalam keadaan sehat walafiat. Di sini saya akan mengajak pemirsa untuk mengetahui lebih jauh mengenai keunikan sejarah sebuah Museum yang cukup terkenal di Bali, yaitu Museum Le Mayeur. Untuk mengetahui lebih jauh lagi, mari kita berbincang-bincang dengan koordinator Museum ini!
Museum Le Mayeur ini terletak di tepi pantai Sanur Bali. Nama museum ini dinamai sesuai dengan nama pelukisnya, Adrien Jean Le Mayeur de Merpres, pria berkebangsaan Belgia yang lahir tahun 1880, yang konon juga merupakan keturunan dari keluarga bangsawan. Ia menjadikan salah seorang gadis Bali sebagai model lukisannya.
[Gede Mahadi, Koordinator Museum Le Mayeur]:
Museum le Mayeur pada awalnya ini bermula dari datangnya tuan Le Mayeur ke Bali disekitaran tahun 1932, setelah tinggal di Denpasar sini Le Mayeur pertama kali tinggal di Banjar Kelandis dan akhirnya dari sana Le Mayeur berkenalan dengan Ni Pollok dan selanjutnya Ni Pollok dijadikan model lukisan.
Pada awalnya Le Mayeur berniat untuk tinggal di Bali selama delapan bulan untuk memperluas ide dan inspirasi dalam berkarya, namun setelah bertemu dengan Ni Pollok, seorang penari Legong asal Kelandis yang berusia 17 tahun, akhirnya ia memutuskan untuk menetap di Bali dan menikahi Ni Pollok.
Rencana tinggal selama delapan bulan akhirnya menjadi 26 tahun.
[Gede Mahadi, Koordinator Museum Le Mayeur]:
Le Mayeur akhirnya membeli sebidang tanah disini yang kira-kira luasnya hamper 3.200 meter persegi. Setelah menikah dengan Ni Pollok akhirnya menetap di Sanur disini, di Museum yang berdiri sekarang ini.
Anda bisa lihat, kebanyakan lukisan yang ada di sini menjadikan Ni Pollok sebagai model tunggalnya. Konon menurut cerita, Ni Pollok harus berjemur berjam-jam dalam cuaca panas dan tidak boleh menggerakkan anggota badannya ataupun mengeluh selama menjadi model lukisan.
Banyak lukisan dari bahan yang berbeda dipajang di sini.
[Gede Mahadi, Koordinator Museum Le Mayeur]:
Dari akte hibah itu tercatat ada 88 buah koleksi lukisan yang dibahkan. Sampai sekarang masih ada. Itu terdiri dari berbagai macam bahan, yang pertama terbuat dari kanvas dengan cat minyak, yang kedua ada dengan Hard Board dengan cat minyak, ada yang dari bahan bagor dari cat air.
Disaat Le Mayeur masih hidup, banyak yang mengunjungi rumahnya untuk melihat lukisan, bahkan juga pejabat-pejabat penting.
[Gede Mahadi, Koordinator Museum Le Mayeur]:
Bahkan sampai presiden Soekarno sempat datang kemari dan akhirnya natas gagasan beliau, permintaan presiden agar semua harta milik Le Mayeur yang ada sekarang ini bisa dijadikan sebagai museum.
Hasil lukisan yang menggunakan Ni Pollok sebagai modelnya sempat dipamerkan di Singapura dan menuai sukses kala itu.
Tak dipungkiri tahun-tahunnya tinggal di Bali merupakan tahun yang produktif dalam hidup Le Mayeur. Kabarnya ia sempat memberikan donasi untuk Perancis, Belgia, dan Inggris saat ke tiga Negara itu mengalami kebangkrutan akibat perang yang berkepanjangan di tahun 1941.
Pada tahun 1958 Le Mayeur terpaksa ke Belgia untuk perawatan akibat kanker yang dideritanya. Ia meninggal 13 Maret pada tahun yang sama.
[Gede Mahadi, Koordinator Museum Le Mayeur]:
Setelah tuan Le Mayeur meninggal, jadi perusahaan seni lukisnya ini yang sekarang kita namakan museum Le Mayeur ini dikelola oleh istrinya, Ni Pollok, sesudah Ni Pollok meninggal pada tahun 1985, setelah itu baru museum ini dikelola oleh pemerintah.
Bagi yang bukan penikmat lukisan jangan khawatir, bangunan yang berasitektur Bali asli juga layak untuk dikunjungi.
Pemirsa, selain museum ini menyimpan yang sangat berharga, bangunan di sini juga cukup unik. Dindingnya diukir dengan ukiran khas Bali dan terbuat dari batu karang, meskipin sudah berusia 50-an tahun , bangunan ini masih tetap utuh dan kuat....nih lihat pemirsa....
Dilihat dari statistic pengunjung 2011, pengunjung tiap bulannya hampir mencapai 500 orang, baik pengunjung domestik maupun yang datang dari luar negeri.
Tiket masuk untuk tamu domestik berbeda dengan yang datang dari Luar Negeri. Pengunjung domestik dewasa dikenakan 2.000 rupiah dan anak-anak dikenakan 1.000 rupiah. Untuk Pengunjung dari negara asing, dewasa dikenakan 10.000 dan anak-anak dikenakan 5.000 rupiah.
Demikianlah pemirsa Fokus Lensa kali ini, mudah-mudahan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pemirsa. Saya Ayu Widiyantari mohon undur diri dari hadapan anda, sampai jumpa pada Fokus Lensa berikutnya.
Animasi Re-Design Museum Le Mayeur, Sanur, Bali - Rendering Lumion 8
Project Studio Desain Interior 5 Sekolah Tinggi Desain Bali.
Terima kasih untuk semua yang telah terlibat dalam pembuatan animasi ini.
La Mayeur Sanur
La Mayeur museum in Sanur, Bali.
Several paintings show Ni Pollok, the wife of artist Jean Le Mayeur.
Bali AM:PM 11.1 - Museum Le Mayeur
Episode 11 Segment 1. Airing on September 19, 2014.
Bali Vacation Clip Museum Le Mayeur Discovery 2017 - 140528
Bali Vacation Clip Museum Le Mayeur Discovery 2017 - 140528, Sharing Free Video+photo at Instagram irsanstrongman (author of and eBook On Off Breast Cancer - Insider Secrets )
Indonesia places visit - Bali - Le Mayour museum - museum gallery
Indonesia places visit
Le Mayour museum
le mayeur paintings
le mayeur artist
adrien jean mayeur
adrien le mayeur
le mayeur ruisbroek
le mayeur rixensart
kerta gosa klungkung
map kerta gosa balibali places visit
gunung kawi tour
gunung kawi bali
Bali Museum
museum painting
museum gallery
Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres (9 February 1880 -- 31 May 1958) was a Belgian painter from Brussels who lived the last part of his life in Bali.
More infor:
Museum Le Mayeur - le mayeur museum wiki - le mayeur paintings
The Le Mayeur Museum is a museum containing Adrien-Jean Le Mayeur's work as well as his collection of traditional Balinese art and local artifacts. It is located in Sanur, Bali, Indonesia. more info visit:
le mayeur museum wiki
le mayeur paintings
le mayeur artist
adrien le mayeur
adrien jean mayeur
le mayeur ruisbroek
le mayeur rixensart
Berjasa Bagi Seni Lukis Bali
Laporan: Junito Drias.
Sedikit yang tahu Rudolf Bonnet. Ia adalah pelukis kelahiran Belanda, sempat lama tinggal di Bali, dan berjasa bagi perkembangan seni di pulau Dewata. Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, menyukai lukisan-lukisan Bonnet. Karyanya masih tersimpan di Istana.
Music: Balawan.
Museum Le Mayeur, Bali
Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres (9 February 1880 – 31 May 1958) was a Belgian painter from Brussels who lived the last part of his life in Bali.
Sejarah Hotel Bali Beach Sanur Denpasar, Bali Tahun 1979
Hotel ini dibangun tepatnya pada tahun 1963 dan mulai diresmikan dan beroperasi November 1966 dengan nama Hotel Bali Beach (sekarang Inna Grand Bali Beach). Yg menarik dari hotel ini adalah kamar nomor 327. Kamar nomor 327 punya kisah tersendiri. Konon kamar ini diperuntukkan khusus untuk almarhum Presiden Soekarno.
Ketika #hotel ini terbakar di tahun 1993, hanya kamar yang terletak di lantai tiga itu saja yang masih mulus, lolos dari amukan si jago merah.
Bagi masyarakat Bali, sebenarnya mempunyai pemimpin yang telah membawa bangsa Indonesia menuju kemerdekaan adalah satu kebanggaan. Apalagi ibunda Bung Karno berasal dari Kabupaten Buleleng, Bali. Tampaknya, lantaran itu pula kamar di hotel tadi dipercaya menyimpan kekuatan spiritual sang Proklamator.
Keyakinan tadi boleh jadi beralasan. Sebab pada saat seluruh bangunan hotel terbakar pada tahun 1993, hanya kamar di lantai tiga itu yang tak terbakar sama sekali. Lantaran keajaiban itu, masyarakat di sana percaya bahwa kamar itu pasti ada penunggunya, yang notabene milik Bung Karno.
Padahal menurut pengelola hotel, meski Bung Karno pernah tinggal di hotel tersebut, dia tak pernah menempati kamar itu. Kini, kamar yang setiap hari banyak dikunjungi orang untuk berdoa itu dilengkapi berbagai jenis pakaian dan barang-barang. Mulai dari perlengkapan salat, sepatu, kain sarung, baju, kaca mata, yang seolah-olah milik Soekarno.
Bahkan, pada lemari pakaian terdapat satu potong jas putih, seperti yang biasa dikenakan Bung Karno. Barang-barang tersebut tetap dijaga keasliannya, terutama sejak terjadi insiden kebakaran.
Pengelola hotel setiap harinya selalu menyiapkan makanan serta sesajen khas umat Hindu. Alasannya, sajen itu dijadikan mediator untuk memohon keselamatan pada Tuhan yang Maha Esa.
Uniknya, pada setiap peringatan hari ulang tahun Bung Karno, hotel itu juga menyediakan menu spesial seperti nasi tumpeng plus berbagai jenis makanan ringan ala pasar tradisional.
Ada semeton yg pernah ke kamar tsb?
#Sejarah #Bali #SejarahBali
sejarahbali.com
Sumber: liputan6.com, Video: Youtube/The Don (Stephen Lansing)