Opening Night DenPasar2017 CushCush Gallery
DenPasar2017 adalah sebuah program baru di CushCush Gallery (CCG) yang bertujuan untuk menempatkan Denpasar dalam pemetaan rute seni dan desain di Bali. Diciptakan sebagai pameran kelompok tahunan di CushCush Gallery, Denpasar - Bali, pameran ini mengenalkan seniman dan kreativator muda yang berbasis di Bali, dengan karya-karya yang berbicara tentang Denpasar.
Melalui open call pada bulan Januari 2017, 17 seniman dan kreatif diseleksi untuk merespon dan menciptakan karya 2 dimensi dengan tema Pasar dan Bahasa Pasar. Seniman terpilih adalah ADHIKA ANNISA NINUS (arsitek, penari, dan artis pertunjukan), DIAN SURI (perancang perhiasan), MYRA JULIARTI (perancang busana), FARHAN ADITYASMARA (seniman visual dan dosen seni), MIRAH RAHMAWATI (seniman seni rupa dan dosen seni) , I GEDE JAYA PUTRA (seniman seni rupa), ANDRE YOGA (ilustrator dan seniman mural), SUHARTAWAN (seniman seni rupa), WAYAN MARTINO (fotografer), LUGU GUMILAR (barista dan ilustrator) NADJMA ACHMAD (perancang produk dan fotografer), SIDHI VHISATYA (illustrator dan seniman mural), SYAFIUDIN VIFICK (fotografer), TRI HARYOKO ADI (seniman mural), QOMARUZZAMAN ALAMRY (seniman komik), REEVO SAULUS (desainer grafis), dan YOGA WAHYUDI (perancang busana).
Selain bertujuan untuk memberi landasan bagi kesenian dan sastra untuk berbicara tentang pasar dan Denpasar sebagai bentuk dokumentasi dan penciptaan citra baru pada tahun 2017, CCG mendambakan DenPasar2017 untuk menjadi awal pemetaan kota Denpasar di dalam seni dan rute perjalanan kreatif di Bali.
Untuk menambah lapisan dan memberikan perspektif yang lebih luas dengan tema 'Bahasa Pasar', CCG telah mengundang 4 seniman dan komunitas kreatif yang membawa pasar dan Denpasar sebagai tema utama mereka dalam penciptaan mereka untuk menunjukkan karya mereka, sebagai kolaborasi lebih lanjut untuk pameran DenPasar2017. Mereka adalah Urban Sketchers Bali (komunitas sketsa kreatif), Swoofone (artis jalanan), KitaPoleng (komunitas pertunjukan seni) dan Masuria Sudjana (fotografer generasi ke-3 yang berbasis di Denpasar).
Pameran DenPasar 2017 berlangsung dari tanggal 26 Mei sampai 26 Agustus 2017, bersamaan dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) di Denpasar.
---------------
DenPasar2017 is a new program at CushCush Gallery (CCG) that aims to put Denpasar in the mapping of art and design route in Bali. Conceived as an annual group exhibition at CushCush Gallery, Denpasar - Bali, this exhibition introduces artists and young creatives who are based in Bali, with works that speak of Denpasar.
Through an open call in January 2017, 17 artists and creatives were selected to respond and create 2 dimentional artworks with the theme of Pasar (market) and BahasaPasar (market language). The selected artists are ADHIKA ANNISA NINUS (architect, dancer, and performing artist), DIAN SURI (jewelry designer), MYRA JULIARTI (fashion designer), FARHAN ADITYASMARA (visual artist and art lecturer), MIRAH RAHMAWATI (fine artist and art lecturer), I GEDE JAYA PUTRA (fine artist), ANDRE YOGA (illustrator and mural artist), SUHARTAWAN (fine artist), I WAYAN MARTINO (photographer), LUGU GUMILAR (barista and illustrator), NAJMA ACHMAD (product designer and photographer), SIDHI VHISATYA (illustrator and mural artist), SYAFIUDIN VIFICK (photographer), TRI HARYOKO ADI (mural artist), QOMARUZZAMAN ALAMRY (comic artist), REEVO SAULUS (graphic designer), and YOGA WAHYUDI (fashion designer).
In addition to aiming to provide a platform for the arts and literature to talk about pasar (market) and Denpasar as a form of its documentation and new image creation in 2017, CCG aspires DenPasar2017 to be the beginning of the mapping of Denpasar city within the art and creative travel routes in Bali.
To add layers and provide a wider perspective to the theme of ‘Market Language’, CCG has invited 4 artists and creative communities who took pasar and Denpasar as their main themes in their creation to show their works, as a further collaboration for DenPasar2017 exhibition. They are Urban Sketchers Bali (creative sketching community), Swoofone (street artist), KitaPoleng (art performance community) and Masuria Sudjana (a 3rd generation photographer based in Denpasar).
DenPasar 2017 exhibition runs from 26th May through to 26th August 2017, alongside with Bali Art Festival (PestaKesenian Bali) in Denpasar.
KITAPOLENG : Kukusan Peken at CushCush Gallery
Komunitas KITAPOLENG lahir dari rasa cinta terhadap seni tradisi Bali yang lambat laun memudar karena perkembangan Bali yang begitu pesat. Melalui seni pertunjukkan, komunitas ini berhasil mencuri perhatian orang-orang dengan pertunjukkan perdana mereka di Galeri Indonesia Kaya Jakarta pada tanggal 1 April 2017 dengan mementaskan karya Kukusan Paon.
Keberhasilan mereka di pementasan perdana di GIK ini berlanjut di TEDxUBUD dan Lanjong Art Festival. Dari langkah kecil inilah KITAPOLENG berharap karya ini bisa berlanjut ke beberapa daerah di Indonesia maupun luar negeri dan mampu mengharumkan nama Bali melalui media seni.
Saat opening DenPasar2017 Exhibition, KITAPOLENG menampilkan karya terbaru mereka 'Kukusan Peken' yang perdana ditampilkan di CCG.
Kukusan merupakan salah satu perkakas dapur yang digunakan secara tradisional untuk memasak nasi, dimana nasi merupakan kebutuhan pokok orang Indonesia dan beberapa negara di Asia. Sedangkan peken dalam bahasa Bali artinya adalah pasar. Pasar yang direpresentasikan dalam karya ini adalah Pasar Badung sebagai pasar terbesar di Bali.
Kukusan tradisional yang berbentuk segitiga memiliki filosofi yang penting. Bentuknya yang segitiga terbalik merupakan simbol rahim perempuan. Ketika kukusan tersebut digunakan untuk memasak nasi, itu adalah simbol penciptaan sebuah bentuk. Dan ketika nasi telah matang, nasi berbentuk segitiga tegak seperti sebuah manara yang mengarah ke atas langit, sebagai simbol kembalinya kita kepada Sang Maha Pencipta. Secara garis besar, kukusan ini seolah bercerita tentang kelahiran dan kematian dalam sebuah lingkaran kehidupan.
------
KitaPoleng Community was born out of a sense of love for Balinese traditional art that gradually faded due to the rapid development of Bali. Through the arts performing, this community has able to steal people's attention with their first show in GIK (Galeri Indonesia Kaya) Jakarta on 1st april, 2017 by performing the work of Kukusan Paon which tells about the life of Balinese women.
Their success in the premiere at GIK continues at TEDxUBUD and Lanjong Art Festival. From this small step, we hope this work can continue to some regions in Indonesia and abroad and able to bring the name of Bali through the media of art.
At the opening of DenPasar2017 Exhibition, KITAPOLENG showcased their latest work 'Kukusan Peken' which premiered on CCG.
Kukusan is the local word refering to the traditional steamer. It has been used since ancient times by ourforemother as a vital utensil in the kitchen to cook rice, a staple food in Asia and our country of Indonesia.
Kukusan has an important philosophy behind it. The traditional form of Kukusan is an inverted triangle, a symbol of the woman’s womb. When rice ia cooked, the symbol of creationis formed. When the cooked rice is turned around, it forms an upright triangle, pointing towards the sky above, our Creator.
Teaser1 - Drawing Future CFC Charity Exhibition 2016/17
Drawing Future - Charcoal for Children Charity exhibition 2016/17
27th February – 13th May 2017
Open for public by appointment
Invited artists:
I Wayan Sujana ‘Suklu’, Reno Ganesha, Noella Roos, Nyoman Wijaya, Natisa Jones and Budi Agung Kuswara ‘Kabul’.
Exhibition opening:
Friday 24th February 2017, 6pm – 8.30 pm
Featuring video mapping projection by Wicitra Pradnyaratih ‘Acyd’
CushCush Gallery
Jl. Teuku Umar Gg. Rajawali No. 1A,
Denpasar, Bali, Indonesia
Tel. (62) 361 242034
Photo and video: Masuria Sudjana & Samantha Tio
Edited by: Revolta Motion
ARMA MUSEUM
HARI #4
Bincang santai bersama @agung_rai_arma , AS Kurnia, @gungde_darmayuda
Di @arma.bali
___
Sejak abad ke-11, dalam seni sudah ada agama. Agama dideklarasikan menjadi spiritual dan tidak diperdebatkan lagi. Adanya ritual-ritual dalam masyarakat yang melahirkan karya seni, maka dari itulah seni di Bali itu sering dikatakan sudah melekat dalam kehidupan
Seni itu membangkitkan kesadaran masing-masing dan seni merupakan bagian dari 'home education' karena jaman dulu Indonesia belum ada sekolah, tetapi seni sudah ada lebih dulu dari munculnya sekolah di Bali. Maka dari itu seni jaman dulu tidak ada benar-salah atau bagus-jelek. Penilaian ini baru muncul setelah budaya barat masuk dan membangun sistem pendidikan formal 'sekolah'
___
Sedikit cuplikan dari bincang santai yang terjadi di hari #4
Penasaran dengan lanjutan dari obrolan ini?
Tunggu Podcast CushCush Gallery yang mulai bisa di dengarkan di awal tahun 2020!
___
Jangan biarkan sebuah diskusi berakhir dalam satu tempat saja, biarkan tempat-tempat lain ikut berbicara, menggebrak, dan menuju satu tujuan untuk Bali
___
___
#gotongroyongseni #bridgingpeopleandart #balitravel #balitravelguide #baliguide #balibible #discovervali #balinow #thisisbali #baliholiday #balilife #balilivin #cushcushgallery #denPasarprogram #residensi #kuratorresidensi #theodoragni #anwarjimpe #madesusanta #savitrisastrawan #intransition #creativeprogram #artgallery #gallery #artevent #ekosistemseni #senidibali
15 Seniman Ramaikan Pameran DenPasar 2018
Mulai dari tanggal 5 Otober 2018 sampai dengan 5 Januari 2019, tengah diadakan Pameran DenPasar 2018 yang dimana melibatkan 15 seniman.
Berlokasi di CushCush Galeri, Jalan Teuku Umar, Gang Rajawali No 1A, Denpasar, Bali, pameran tahun ini memamerkan berbagai karya seni dari semua seniman yang dihadirkan.
“Untuk tahun ini kami mengundang 3 artis, yakni Alit Ambara, Jumaadi, dan Yoko Sara dan juga 12 open call artists. Dengan total puluhan karya seni yang dipamerkan saat ini karena satu seniman menampilkan lebih dari satu karyanya,” ucap Asisten Galeri, Sagung Alit Satyari, Selasa (9/10/2018).
Ke-12 nama seniman call artist tersebut, yakni Dewa Gede Suyudana Sudewa, I Gusti Ngurah Bagus Brahmantia, I Made Surya Subratha, Kevin Aditya, Komang Tress, Kuncir Sathya Viku, Mariskha Maria, dan Mia Diwasasri.
Serta ada juga Putra Wali Aco, Renee Melchert Thorpe, Vendy Methodos, dan Windee Winata yang turut meramaikan ke-12 seniman tersebut.
“Karya-karya yang dipamerkan saat ini ada lukisan langsung, cetak di kaca, digital, menggunakan pulpen, keramik, dan masih banyak lainnya. Dan kami berharap agar masyarakat lebih aware terhadap kreatifitas dan seni. Tidak usah takut karena tidak mengerti seni,” ujar Sagung.
Menurutnya, kini pihaknya ingin merangkul semua golongan masyarakat agar mau lebih menikmati berbagai karya-karya yang telah dihasilkan oleh seniman-seniman yang ada, khususnya untuk di daerah Denpasar.
Untuk dapat menikmati semua karya yang ada di CushCush Galeri ini pun, masyarakat tidak dikenakan biaya sepeser pun alias gratis.
Tidak hanya memamerkan karya dari seniman, di setiap minggunya CushCush Galeri pun rutin mengadakan berbagai kegiatan yang kreatif dan inovatif.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai berbagai kegiatan di CushCush Galeri, masyarakat dapat langsung datang ke Galeri di hari Senin sampai dengan Jumat pada pukul 09.00 Wita sampai dengan 17.00 Wita.
Sedangkan di Hari Sabtu mulai pukul 09.00 Wita sampai 12.00 Wita atau dapat dengan mengecek keseluruhan jadwal kegiatan di Denpasar 2018 A Movement Event Listing yang telah dicantumkan di sosial media CushCush Galeri. (*)
Kunjungi juga:
WEB:
FB:
IG:
Artist Talk - Drawing Future CFC Charity Exhibition 2016/17
Drawing Future - Charcoal for Children Charity exhibition 2016/17
27th February – 13th May 2017
Open for public by appointment
Invited artists:
I Wayan Sujana ‘Suklu’, Reno Ganesha, Noella Roos, Nyoman Wijaya, Natisa Jones and Budi Agung Kuswara ‘Kabul’.
Exhibition opening:
Friday 24th February 2017, 6pm – 8.30 pm
Featuring video mapping projection by Wicitra Pradnyaratih ‘Acyd’
CushCush Gallery
Jl. Teuku Umar Gg. Rajawali No. 1A,
Denpasar, Bali, Indonesia
Tel. (62) 361 242034
Photo and video: Masuria Sudjana & Samantha Tio
Edited by: Revolta Motion
TAKSU Photo Gallery Ubud
David Metcalfs Vision for the TAKSU Photo Gallery in Ubud, Bali.
Ubud's Center for creative photography
Come and join, bring your friends and discover the maginificient beauty of Bali and Indonesia
Teaser3 - Drawing Future CFC Charity Exhibition 2016/17
Drawing Future - Charcoal for Children Charity exhibition 2016/17
27th February – 13th May 2017
Open for public by appointment
Invited artists:
I Wayan Sujana ‘Suklu’, Reno Ganesha, Noella Roos, Nyoman Wijaya, Natisa Jones and Budi Agung Kuswara ‘Kabul’.
Exhibition opening:
Friday 24th February 2017, 6pm – 8.30 pm
Featuring video mapping projection by Wicitra Pradnyaratih ‘Acyd’
CushCush Gallery
Jl. Teuku Umar Gg. Rajawali No. 1A,
Denpasar, Bali, Indonesia
Tel. (62) 361 242034
Photo and video: Masuria Sudjana & Samantha Tio
Edited by: Revolta Motion
teaser2 - Drawing Future CFC Charity Exhibition 2016/17
Drawing Future - Charcoal for Children Charity exhibition 2016/17
27th February – 13th May 2017
Open for public by appointment
Invited artists:
I Wayan Sujana ‘Suklu’, Reno Ganesha, Noella Roos, Nyoman Wijaya, Natisa Jones and Budi Agung Kuswara ‘Kabul’.
Exhibition opening:
Friday 24th February 2017, 6pm – 8.30 pm
Featuring video mapping projection by Wicitra Pradnyaratih ‘Acyd’
CushCush Gallery
Jl. Teuku Umar Gg. Rajawali No. 1A,
Denpasar, Bali, Indonesia
Tel. (62) 361 242034
Photo and video: Masuria Sudjana & Samantha Tio
Edited by: Revolta Motion
Kukusan Paon: Dancing through a Balinese kitchen | Jasmine Okubo | TEDxUbud
Kukusan Paon is a contemporary dance performance of a Balinese woman's story, beginning in the heart of the home, the kitchen. Kukusan Paon combines dance and projection mapping and was co-created with the deaf community in Denpasar, Bali. Jasmine choreographed this performance specifically for the deaf and mute children performing with her so they can dance without being dependent on the music. Jasmine Okubo is a Japanese dancer and choreographer. Born in southern Turkey, she visited Bali as a child and, after witnessing a performance of Balinese dance, announced to her parents that she wanted to be a Balinese dancer. When she was 9 years old, she returned to Bali to study traditional Balinese dance in Ubud, and in 1997 she began performing for tourists with a local troupe. At this time, she appeared regularly at Ubud Palace and was a member of the Sekaa Gong Bina Remaja dance group. Since then, she has travelled across Asia, Africa and Europe in search of other cultures and dances, but could never forget the beauty of Balinese dance. In 2003, she returned to Indonesia to study dance at the Indonesian Institute of the Arts in Denpasar. This talk was given at a TEDx event using the TED conference format but independently organized by a local community. Learn more at
PLAYPLAY: CFC 2017/18 Workshop with Papermoon Puppet Theatre at CushCush Gallery
CHARCOAL FOR CHILDREN 2017/18 Workshop session 1 with Papermoon Puppet was very exciting!
Thanks to everyone who get involved, whether the participants, volunteers, sponsors and everyone who came and enlivened CCG. We're so happy!
Taksu Photo Gallery Ubud - David Metcalf
Hello everyone. Taksu Photo Gallery has opened in Ubud, Bali, to offer you photographic, printing and framing services. We have world class photos from master photographers for you to purchase and have printed on gloss or canvas in various sizes, or you can give us your own ones to print on your behalf. We use only the best inks, and acid free archive quality paper imported directly from Epson. Epson states that the print will last 175 years. We can frame these high quality prints for you as well, and you can sit with our printing staff to ensure the process gives you satisfaction. Our pending services include camera repairs, accessories, and secure data storage. In the near future we will be hosting workshops & events in Ubud related to photography, so stay tuned, and keep snapping that shutter ;)
INVITED ARTIST DENPASAR2017 EXHIBITION - SWOOFONE
Since 2015, I Wayan Subudi Yadnyana is known as a street artist under the initial Swoofone as his identity. In Bali, especially in Denpasar, there are many street artists who have been active drawing on the walls of the buildings with their artworks, and the 23 years old is one of them that have brought his uniqueness and characteristic to the scene.
By using the wheatpaste technique that is still very rare used by street artists in Denpasar, Swoofone have succeeded getting attention. In the beginning, his way of working was seen as vandalism. Yet later on the public starts to enjoy the beauty of his work and it is not rare that Swoofone offered collaborations with senior artists, or even commercial ones that admired his artworks.
News [Bali TV] - Drawing Future CFC Charity Exhibition 2016/17
Thank you Bali TV!
Drawing Future - Charcoal for Children Charity exhibition 2016/17
27th February – 13th May 2017
Open for public by appointment
Invited artists:
I Wayan Sujana ‘Suklu’, Reno Ganesha, Noella Roos, Nyoman Wijaya, Natisa Jones and Budi Agung Kuswara ‘Kabul’.
Exhibition opening:
Friday 24th February 2017, 6pm – 8.30 pm
Featuring video mapping projection by Wicitra Pradnyaratih ‘Acyd’
CushCush Gallery
Jl. Teuku Umar Gg. Rajawali No. 1A,
Denpasar, Bali, Indonesia
Tel. (62) 361 242034
Video Art by Dibal Ranuh KITAPOLENG | Wong Peken
Kukusan Paon by KITAPOLENG BALI
Directed by Dibal Ranuh
Performance Art : Jasmine Okubo
Location : Pasar Badung Denpasar
Editing : Yudhi
Visual Mapping by Ape Motion
ART BALI
HARI #2
Bincang santai bareng teman-teman ART BALI
Di AB.BC Building
___
Target pertama dari ART BALI adalah membangun sebuah gedung untuk tempat berpameran dengan skala besar. Bali harusnya sudah siap untuk mengadakan event berskala internasional, hanya saja belum ada yang memulai untuk membangunnya
Selain berpameran, ART BALI merasa perlu untuk membangun jejaring dengan komunitas-komunitas yang ada di Bali agar sama-sama merasa bahwa ART BALI milik bersama. Dan berharap adanya pembuatan buku Bali Art+Design Guide bisa menjadi salah satu wadah untuk teman-teman di Bali mempublikasikan kegiatannya yang bersamaan dengan berlangsungnya ART BALI, sehingga bisa saling mensupport kegiatan satu sama lain
Program lainnya yang dirasa penting oleh ART BALI adalah adanya pameran Balinese Master. Program ini muncul karena minimnya pembelajaran tentang sejarah seni rupa Bali yang layak untuk diperbincangkan kembali, terutama bagi para perupa muda untuk mengenal bagaimana akar kesenian di Bali.
___
Sedikit cuplikan dari bincang santai yang terjadi di hari #2
Penasaran dengan lanjutan dari obrolan ini?
Tunggu Podcast CushCush Gallery yang mulai bisa di dengarkan di awal tahun 2020!
___
Jangan biarkan sebuah diskusi berakhir dalam satu tempat saja, biarkan tempat-tempat lain ikut berbicara, menggebrak, dan menuju satu tujuan untuk Bali
___
___
#gotongroyongseni #bridgingpeopleandart #balitravel #balitravelguide #baliguide #balibible #discovervali #balinow #thisisbali #baliholiday #balilife #balilivin #cushcushgallery #denPasarprogram #residensi #kuratorresidensi #theodoragni #anwarjimpe #madesusanta #savitrisastrawan #intransition #creativeprogram #artgallery #gallery #artevent #ekosistemseni #senidibali
Comicrewyuk - Comic Tools with Monez Gusmang: Ipad Pro X Apple Pencil X Procreate (05/16)
Monez Gusmang bercerita tentang senjata rahasianya dalam menghidupkan dunia fables dan monster. Di Denpasar, Comicrewyuk menyaksikan bagaimana ilustrator, graphic designer, dan pattern designer ini memodifikasi sebuah monster dengan tabletnya.
Selengkapnya :
Follow Comicrewyuk : bit.ly/comicrewyuk
CLOSING CEREMONY-KPB PAPUA-IALF BALI
Moment mengharukan dgan IALF Bali ketika harus berpisa.
Di setiap langka dan perjuangan hidup kami serta do setiap karia dan karier, kami selalu ingat akan jasa para guru kami tercinta.
Moment perpisahan 12 Juli 2019.
I LOVE YOU IALF.
#47 Awarding Ceremony Entrepreneur Festival 2018
Entrepreneur Festival kali ini, berlangsung di Ball Room Hotel Aston, Jl. Gatot Subroto Barat Denpasar ini di buka dengan jamuan santap malam, dilengkapi dengan puluhan eksebisi dari berbagai pelaku usaha khususnya UMKM yang sekaligus merupakan momentum untuk networking. Dan ketika lagu Indonesia Raya selesai di kumandangkan, para peserta yang hadir pun dihentak oleh suara rock dari grup musik Navicula, yang pada kesempatan kali ini juga merupakan The Icon 2018, penghargaan untuk talenta lokal Bali yang berhasil mengibarkan namanya di pentas nasional.
Acara berlanjut dengan Awarding Ceremony, sebuah ajang pernghargaan yang diberikan kepada sejumlah pengusaha yang sukses menjadi inspirator kewirausahaan khususnya di Bali. Adapun penghargaan ini terdiri dalam 2 kategori, yakni Entrepreneur Of The Year dan M&I Award, dimana untuk penghargaan ini terdiri dari 3 kategori (The Rookie, untuk pengusaha pemula yang usianya di bawah 35 tahun, The Wonder Woman, untuk pengusaha wanita yang dengan berbagai kesibukannya sebagai ibu rumah tangga namun berhasil mengembangkan usahanya & The Technopreneur, untuk pengusaha yang bisnisnya menggunakan platform teknologi atau digital).
Adapun proses penilaian dan penjuriannya, sudah dilakukan pada tanggal 19 Maret 2018. Dewan jurinya sendiri terdiri dari berbagai profil dan latar belakang, diantaranya adalah I.A. Selly Dharmawijaya Mantra (Pegiat Aktivitas Sosial & Ketua Dewan Juri), Sayu Strisna Dewi (Dosen Universitas Udayana, Penggerak Kewirausahaan Daerah), Putu Santika (Ketua Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA) Bali), Faye Alund (President Co Working Space Indonesia dan Penggerak di 1000 Startup serta pendiri Co Working Space Kumpul), Nyoman Sukadana (Pendiri Elizabeth International School yang juga merupakan pemenang Lestari Entrepreneur of The Year 2017), Ni Putu Arie Utami (Pendiri Anemone Reading School dan juga, pemenang Rookie of of The Year Money&I Award 2017), IGA Silawati (Wartawan Majalah Bisnis) dan Arif Rahman (Editor in Chief Money & I Magazine).
Pernghargaan ini di raih oleh Kadek Chintya Dwi Pratiwi (Dewata Printing) untuk kategori The Rookie, Ibu Tantri (Pie Susu Enak) untuk kategori The Wonder Women dan Gus Mang, Ilustrator dengan brandnya yang dikenal dengan nama Monez untuk kategori The Technopreneur. Sementara untuk kategori Lestari Entrepreneur of The Year 2018, diraih oleh I Nengah Natyanta selaku pendiri Coco Mart dan Group.
Video Teaser KUKUSAN PAON by KITAPOLENG
Lahir sebagai perempuan, ruang bataspun tercipta, hadiah yang hanya meninggalkan aroma kayu bakar tetapi yang berkuasa adalah tetap olahan perempuan dari lidah meninggalkan rasa di hati seakan disitulah drama kehidupan berawal, “jika ingin mengetahui perempuan dan kukusannya kunjungilah dapurnya”.
Performer : Jasmine Okubo
Video & Director :Dibal Ranuh
Editing Video : Yudi Chandra
Music : Oeblet & Subandi
Location : Pasar Badung / Tradisional Market in Denpasar Bali